Oleh : Marwan Aziz*
Suatu sore yang tenang, ketika rutinitas harian sudah hampir selesai, tiba-tiba ponsel saya berdering. Sebuah nomor yang tak dikenal muncul di layar. Awalnya, saya ragu untuk mengangkatnya, namun rasa penasaran mengalahkan keraguan. Suara di ujung telepon begitu khas dan menggetarkan hati.
“Selamat sore, ini Prabowo Subianto. Saya ingin bertemu Anda di Jalan Kertanegara sore ini, ada hal penting yang harus dibahas.”
Saya terhenyak. Prabowo Subianto, presiden terpilih, menghubungi saya secara langsung? Pikiran saya berkelana cepat, mencoba menghubungkan fakta-fakta yang mungkin terlewatkan. Dalam kekagetan dan rasa hormat yang bercampur aduk, saya hanya bisa menjawab, “Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”
Sesampainya di Jalan Kertanegara, saya disambut dengan suasana yang penuh wibawa, namun terasa hangat. Prabowo, dengan gaya yang karismatik, menyalami saya dan langsung mengarahkan pembicaraan ke pokok masalah. “Saya membutuhkan orang yang bisa menjalankan amanah sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Saya sudah lama mengamati kinerja Anda, dan saya pikir Anda adalah orang yang tepat untuk tugas ini.”
Degup jantung saya kian cepat. Pikiran saya langsung tertuju pada beban besar yang akan dipikul jika benar-benar terpilih untuk posisi tersebut. Menjadi Menteri Lingkungan Hidup bukan hanya sekadar jabatan; ini adalah kesempatan untuk membuat perubahan nyata dalam menjaga kelestarian alam Indonesia yang begitu kaya.
Andaikan Saya Menjadi Menteri Lingkungan Hidup
Bayangkan jika saya benar-benar diamanahi jabatan Menteri Lingkungan Hidup. Tanggung jawab yang besar ini tidak boleh disia-siakan. Indonesia, dengan keragaman hayati yang luar biasa, menghadapi ancaman besar dari perubahan iklim, deforestasi, serta polusi.
Prioritas utama saya adalah menghadapi salah satu tantangan terbesar dunia saat ini: krisis iklim. Dampaknya sudah kita rasakan di berbagai aspek, mulai dari perubahan pola cuaca ekstrem, banjir, kekeringan, hingga kebakaran hutan yang semakin sering terjadi. Ini bukan hanya masalah nasional, tapi krisis global yang memerlukan tindakan cepat dan terencana.
Sebagai Menteri Lingkungan Hidup, berikut adalah beberapa langkah yang akan saya usung untuk menangani perubahan iklim dan menjaga kelestarian lingkungan Indonesia:
- Percepatan Transisi Energi Terbarukan: Krisis iklim terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil. Saya akan mempercepat transisi ke energi terbarukan seperti surya, angin, dan panas bumi. Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber daya alam terbarukan ini. Program insentif bagi industri yang beralih ke energi hijau, serta subsidi untuk masyarakat yang menggunakan energi ramah lingkungan, akan menjadi salah satu program prioritas.
- Penguatan Program Penghijauan dan Reboisasi: Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, restorasi ekosistem hutan sangat penting. Saya akan melanjutkan dan memperluas program reboisasi di daerah-daerah kritis, terutama di wilayah yang rawan banjir dan longsor. Selain itu, komunitas lokal akan dilibatkan secara aktif melalui pemberdayaan ekonomi berkelanjutan agar mereka memiliki peran kunci dalam menjaga kelestarian alam.
- Penerapan Ekonomi Sirkular untuk Pengelolaan Limbah: Krisis iklim juga diperparah oleh sistem ekonomi yang linier, di mana barang diproduksi, digunakan, dan kemudian dibuang. Saya akan menerapkan ekonomi sirkular di seluruh sektor, khususnya dalam hal pengelolaan sampah. Pengurangan sampah plastik melalui kebijakan daur ulang wajib dan pengenaan pajak pada produk yang tidak ramah lingkungan akan diberlakukan.
- Penegakan Hukum Lingkungan yang Lebih Tegas: Perubahan iklim semakin buruk ketika penebangan liar, pembakaran hutan, dan pembuangan limbah industri dibiarkan tanpa kontrol. Penegakan hukum lingkungan akan diperketat. Saya akan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan dikenakan sanksi tegas, bahkan hingga pencabutan izin operasi. Lingkungan bukanlah harga yang bisa ditawar.
- Pendidikan Lingkungan dan Keterlibatan Generasi Muda: Untuk jangka panjang, perubahan budaya dan mindset masyarakat sangat penting. Saya akan memperkenalkan kurikulum pendidikan lingkungan mulai dari usia dini hingga ke universitas. Generasi muda harus diberikan ruang untuk berpartisipasi aktif dalam mitigasi perubahan iklim, melalui gerakan nasional yang melibatkan sekolah-sekolah, universitas, dan komunitas-komunitas lingkungan.
- Adaptasi dan Mitigasi Bencana Lingkungan: Krisis iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai. Saya akan memperkuat strategi adaptasi dan mitigasi bencana lingkungan dengan berfokus pada infrastruktur hijau, seperti pembuatan waduk, perbaikan drainase, dan pembangunan tanggul di daerah rawan. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana juga akan diperluas.
- Kemitraan Global untuk Aksi Iklim: Indonesia tidak bisa menghadapi perubahan iklim sendirian. Saya akan memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain, terutama dalam hal pendanaan dan teknologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kita harus berperan aktif dalam perjanjian internasional seperti Kesepakatan Paris dan berkontribusi pada target global pengurangan emisi.
Kembali ke realitas, telepon dari Prabowo Subianto membuka pikiran saya akan tanggung jawab yang besar, namun juga memberikan harapan. Jika diberikan kesempatan untuk menjadi Menteri Lingkungan Hidup, ini akan menjadi perjalanan yang penuh tantangan namun bermakna.
Visi besar saya adalah memastikan bahwa Indonesia tetap hijau, lestari, dan menjadi panutan global dalam hal pengelolaan lingkungan dan penangana krisis iklim.
Telepon dari Prabowo Subianto sore itu membuka pintu bagi saya untuk berkontribusi lebih besar bagi negeri ini, terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan di tengah ancaman krisis iklim.
Jika saya dipercaya sebagai Menteri Lingkungan Hidup, ini bukan hanya soal jabatan, melainkan tanggung jawab moral untuk meninggalkan warisan alam yang lebih baik bagi generasi mendatang. Krisis iklim adalah kenyataan yang harus dihadapi sekarang, dan dengan langkah yang tepat, saya yakin Indonesia bisa menjadi pemimpin global dalam perlindungan lingkungan dan penangan krisis iklim.
Dan siapa tahu? Mungkin telepon dari presiden terpilih itu bukan hanya sebatas angan-angan.
*Penulis adalah Sekjen Greenpress Indonesia dan Founder Beritalingkungan.com