Bisakah Laut Kita Diselamatkan? Dunia Hanya Punya Waktu hingga 2030

Berita Lingkungan Environmental News Laut Terkini

BUSAN, BERITALINGKUNGAN.COM– Dalam momentum perayaan satu dekade perjalanannya, Our Ocean Conference (OOC) mencatat prestasi luar biasa: mobilisasi dana sebesar $133 miliar demi aksi penyelamatan laut di seluruh dunia.

Namun, di balik capaian gemilang itu, terhampar tantangan besar: waktu terus berdetak menuju 2030, tahun di mana dunia sepakat untuk melindungi 30% lautan dan daratan dalam kerangka target “30×30.”

Laporan terbaru dari World Resources Institute (WRI) yang diluncurkan dalam konferensi ini menyebut bahwa dari total 2.600 komitmen aksi kelautan yang dibuat selama 10 tahun terakhir, 43% telah terlaksana, 38% sedang diproses, dan 18% masih menunggu aksi nyata.

“Konferensi Kelautan Kita telah menjadi panggung utama bagi kerja sama internasional. Tapi ini baru permulaan,” ujar Do-hyung Kang, Menteri Kelautan dan Perikanan Korea Selatan melalui keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com (30/04/2025).

“Kini saatnya memperkuat kolaborasi untuk masa depan bersama—karena lautan kita adalah tanggung jawab kita semua.”jelasnya.

Aksi Nyata Bernilai Miliaran Dolar

Dari total dana yang berhasil digalang, $86,8 miliar dialokasikan untuk proyek-proyek iklim laut seperti energi angin lepas pantai, karbon biru, dan pengiriman hijau.

Bahkan, 13 dari komitmen tersebut bernilai lebih dari $1 miliar masing-masing—menandakan semakin besarnya kepercayaan pada solusi berbasis laut sebagai garda depan pengurangan emisi karbon.

“Laut bukan sekadar tempat yang indah—ia adalah sekutu utama kita dalam menghadapi krisis iklim. Solusi kelautan yang tersedia hari ini dapat menyumbang hingga 35% pengurangan emisi gas rumah kaca yang dibutuhkan dunia pada 2050,” jelas Dr. Tom Pickerell, Direktur Global Program Kelautan WRI.

Target Masih Jauh, Tapi Harapan Tidak Surut

Kabar baiknya, 8,5 juta kilometer persegi kawasan perlindungan laut—setara dengan luas Brasil—berasal dari komitmen yang diumumkan di OOC. Namun, dunia belum berada di jalur yang aman. Untuk memenuhi SDG 14: Kehidupan di Bawah Air, dibutuhkan pendanaan sekitar $175 miliar per tahun, jauh melampaui angka yang telah tercapai.

Perjanjian Laut Lepas (BBNJ) juga masih menunggu 39 ratifikasi lagi agar bisa berlaku penuh. Hingga kini, baru 21 negara yang meratifikasi perjanjian penting ini. Harapannya, kesepakatan penuh bisa tercapai di Konferensi Kelautan PBB bulan Juni mendatang.

Seruan untuk Aksi yang Lebih Inklusif

Konferensi ini bukan hanya ajang pengumuman dana, tapi juga panggilan untuk mendorong inklusivitas, terutama bagi negara-negara di Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan. Laporan WRI menekankan pentingnya:

  • Mengurangi kesenjangan geografis dalam komitmen

  • Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dan masyarakat lokal

  • Membangun platform digital yang lebih transparan

  • Mendorong sinergi antara OOC dan forum global lainnya

Menyatukan Ekonomi Biru dan Pembangunan Berkelanjutan

Bagi Dr. Dionysia-Theodora Avgerinopoulou, Utusan Khusus Yunani untuk Kelautan, OOC adalah wujud nyata bahwa pembangunan berkelanjutan dan laut yang sehat bisa berjalan beriringan.

“Dari ekowisata, pelayaran ramah lingkungan, hingga energi terbarukan—ini semua adalah bukti bahwa laut bukan hanya sumber daya, tapi juga sumber harapan. Dan OOC adalah jembatan menuju visi dunia yang lebih biru dan lebih hijau,” tegasnya.

Dengan slogan “Lautan Kita, Aksi Kita,” Konferensi Our Ocean ke-10 menjadi pengingat bahwa lautan bukan hanya ruang kosong yang luas—ia adalah paru-paru kedua planet ini. Jika kita ingin menyelamatkan bumi, menyelamatkan laut bukan pilihan, tapi keharusan (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *