Gunung es di Patagonia. Foto : colorado.edu
CHILI, BERITALINGKUNGAN.COM– Wilayah Patagonia Selatan terkenal dengan lanskap gletsernya yang megah, yang meski dalam era pencairan es global, masih menyimpan banyak lapisan esnya.
Namun, studi baru yang dipublikasikan di Scientific Reports oleh Matthias Troch, peneliti pascadoktoral dari INSTAAR, memperingatkan bahwa efek perlindungan ini mungkin segera mencapai batasnya jika emisi gas rumah kaca tidak segera dibatasi.
Troch dan timnya menggunakan model dinamika gletser berbasis sistem NASA yang mencakup data dari 6.000 tahun terakhir. Hasilnya mengejutkan: presipitasi, bukan suhu, menjadi faktor utama yang memengaruhi fluktuasi gletser selama 4.500 tahun terakhir, atau 76% dari keseluruhan waktu. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan curah salju telah melindungi gletser dari dampak kenaikan suhu global.
Namun, masa depan gletser Patagonia sangat bergantung pada tingkat emisi manusia. Troch menemukan bahwa jika pemanasan global dapat dibatasi pada 1,5°C di atas tingkat pra-industri, curah salju yang meningkat dapat terus melindungi gletser dari pencairan lebih lanjut.
Sebaliknya, jika emisi terus meningkat, suhu di Patagonia diproyeksikan naik hingga 2,8°C pada akhir abad ini, yang dapat menyebabkan pencairan besar-besaran.
Sedimen sebagai Bukti Kuat
Penelitian ini memiliki dasar yang kokoh. Pada tahun 2005, tim peneliti dari kapal penelitian Amerika Nathaniel B. Palmer mengumpulkan inti sedimen dari fjord di Patagonia Selatan. Troch dan koleganya menggunakan sedimen ini untuk memvalidasi model prediksi mereka, memberikan bukti fisik untuk mendukung simulasi mereka.
Dampak Pemanasan dan Pentingnya Tindakan
Troch memperingatkan bahwa jika pemanasan regional meningkat dan iklim menjadi lebih basah, gletser Patagonia dapat memasuki rezim baru yang didominasi oleh hujan alih-alih salju. Kondisi ini akan mempercepat pencairan es dan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut secara global.
“Studi ini menekankan perlunya pemotongan emisi yang signifikan untuk melindungi gletser. Ini sangat penting untuk membatasi kenaikan permukaan laut global,” kata Troch seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman colorado.edu (26/11/2024).
Optimisme dan Harapan
Meskipun berita tentang iklim sering kali suram, Troch menyampaikan optimisme. “Jika kita bisa membatasi emisi, ada harapan untuk melindungi gletser maritim,” ujarnya.
Ia juga berharap penelitian ini dapat mendorong studi lebih lanjut tentang gletser maritim di wilayah lain, seperti Norwegia, Alaska, Islandia, atau Selandia Baru, untuk memahami pola yang sama dan memperkuat seruan global terhadap kebijakan hijau.
Penelitian ini menegaskan kembali pentingnya langkah-langkah mendesak menuju keberlanjutan untuk mencegah kerusakan iklim lebih lanjut, melindungi gletser, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang (Marwan Aziz)