Owa Jawa. Sumber Foto : Whitley Fund for Nature (WFN)
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Di tengah rimbunnya hutan hujan tropis Pulau Jawa yang kian menyusut, terdengar nyanyian merdu yang memecah kesunyian pagi. Itulah suara owa jawa (Hylobates moloch), primata endemik yang kini berada di ambang kepunahan.
Dengan populasi liar yang diperkirakan kurang dari 2.500 individu, owa jawa menjadi salah satu primata paling langka di dunia.
Mengenal Owa Jawa
Owa jawa, dikenal juga sebagai silvery gibbon, memiliki bulu abu-abu keperakan dengan wajah gelap dan tanpa ekor. Lengan panjangnya memungkinkan mereka berayun lincah dari pohon ke pohon, hidup sepenuhnya di atas tajuk hutan.
Mereka hidup dalam kelompok keluarga kecil yang monogami, dengan pasangan jantan dan betina serta satu atau dua anak. Anak owa akan tinggal bersama orang tuanya hingga mencapai kedewasaan pada usia sekitar 8 tahun.
Setiap pagi, owa betina akan bernyanyi untuk menandai wilayah teritorialnya, sebuah nyanyian yang dapat terdengar hingga beberapa kilometer. Nyanyian ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga simbol kehadiran mereka di hutan yang semakin terfragmentasi.
Ancaman yang Mengintai
Habitat owa jawa terus tergerus oleh aktivitas manusia. Deforestasi untuk pertanian, urbanisasi, dan pembangunan infrastruktur telah mengakibatkan hilangnya hutan primer yang menjadi rumah mereka.
Selain itu, perburuan liar untuk perdagangan hewan peliharaan ilegal juga menjadi ancaman serius. Anak owa seringkali ditangkap dengan cara membunuh induknya, kemudian dijual sebagai hewan peliharaan eksotis.
Populasi owa jawa tersebar di beberapa kawasan hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, termasuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Gunung Gede Pangrango, dan Pegunungan Dieng. Namun, fragmentasi habitat membuat populasi ini terisolasi dan rentan terhadap kepunahan lokal.
Upaya Pelestarian
Berbagai upaya konservasi telah dilakukan untuk menyelamatkan owa jawa. Salah satunya adalah program rehabilitasi dan pelepasliaran yang dilakukan oleh berbagai organisasi konservasi, seperti The Aspinall Foundation dan Yayasan Owa Jawa. Program ini bertujuan untuk merawat owa yang diselamatkan dari perdagangan ilegal dan mengembalikannya ke habitat alami.
Selain itu, pendekatan berbasis komunitas juga diterapkan dengan melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian. Program pendidikan dan pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan ecoprint dan literasi keuangan, membantu meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Harapan di Tengah Tantangan
Meskipun tantangan yang dihadapi besar, harapan untuk kelangsungan hidup owa jawa masih ada. Dengan kolaborasi antara pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat, serta dukungan dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa nyanyian owa jawa akan terus bergema di hutan-hutan Jawa.
Melestarikan owa jawa bukan hanya tentang menyelamatkan satu spesies, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis yang menjadi paru-paru kehidupan di Pulau Jawa (Marwan Aziz)/