BOGOR, BERITALINGKUNGAN.COM– Tanggal 5 Oktober 2024 menandai 35 tahun sejak berdirinya Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN), yang didirikan oleh lima aktivis lingkungan dari LAWALATA IPB University: Tri Nugroho, Wibowo A. Djatmiko, Hartono A. Prabowo, Dwi Rahmad Muhtaman, dan Rudy Novira.
LATIN terbentuk dengan tujuan mendorong kedaulatan rakyat atas sumberdaya alam khususnya pengelolaan hutan lestari.
Pada era 90-an, LATIN banyak bergulat pada isu pengelolaan sumber daya alam, namun sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat serta pengaruh kebijakan pada masa itu, para penggiat LATIN (Latiners) memutuskan beberapa perubahan penting bagi organisasi LATIN sebagai sebuah lembaga.
Maka mulai pertengahan tahun 90-an LATIN mulai memfokuskan diri pada isu pengembangan Komuniti Forestri (KF), hingga sampai saat ini LATIN menyebutnya dengan istilah Sosial Forestri.
“5 oktober 1989 sampai 2024 hingga paska itu adalah perjalanan sebuah persahabatan. Ini yang kami sebut dengan Connecting The Dots of The Dots. Kita tidak bisa bergantung pada lembaga lagi tapi tergantung pada dots, yaitu kita sebagai individu untuk mengkoneksikannya menjadi sebuah sinergi. Sebuah pendekatan yang dibahas pada tahun 2021 bersama 200 orang Latiners membayangkan bagaimana kondisi hutan pada 2045 ketika Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya, munculah gagasan Sosial Forestri 2045 yang sebetulnya menegaskan pekerjaan LATIN sejak awal. Bagaimana kita membayangkan rich forest for rich people atau Wana Kanaya Sembada (masyarakat yang adil, mandiri, sejahtera; desa modern; dan hutan yang lestari).” Ujar Tri Nugroho.
LATIN telah membangun jejaring yang luas dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, mencakup organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi, serta pemerintah, guna memperkuat gerakan lingkungan dan sosial di Indonesia.
Dalam upayanya mendorong keberlanjutan, LATIN turut mendirikan berbagai jaringan kerja yang berfokus pada pengembangan Sosial Forestri. Beberapa di antaranya adalah Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM), yang berperan sebagai wadah komunikasi untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, Konsorsium Sistem Hutan Kerakyatan (KPSHK), yang memajukan konsep hutan rakyat, serta Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), yang aktif dalam mengembangkan pemetaan partisipatif untuk pengakuan wilayah masyarakat.
Selain itu, LATIN juga terlibat dalam pembentukan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), sebuah gerakan nasional yang memperjuangkan hak-hak masyarakat adat, serta Biodiversity Forum (Bioforum) yang berfokus pada pelestarian keanekaragaman hayati. LATIN tidak hanya aktif di tingkat nasional, tetapi juga memperluas jaringan kerja hingga ke tingkat regional untuk menguatkan kolaborasi lintas sektor.
Sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung penelitian dan pengakuan wilayah adat di kawasan Sosial Forestri, LATIN bekerja sama secara erat dengan lembaga penelitian internasional seperti CIFOR (Center for International Forestry Research) dan ICRAF (World Agroforestry Centre). Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong riset-riset strategis yang tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang hutan, tetapi juga memperjuangkan hak-hak masyarakat adat dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan di berbagai wilayah di Indonesia.
“Pada dekade 90-an, LATIN menjadi convener dalam mendorong Sosial Forestri sebagai narasi utama. Pada dekade tersebut banyak dilakukan pertemuan di tingkat lapangan, pertemuan di tingkat akademisi, di tingkat masyarakat sipil, di tingkat pengambil keputusan dan di tingkat donor. Kegiatan-kegiatan itu menumbuhkan banyak aktivis, akademisi dan pemimpin baru dalam mendukung perkembangan Sosial Forestri dan Komuniti Forestri di berbagai tingkatan.” Ungkap Dwi Rahmad Muhtaman.
Peringatan Hari Jadi LATIN Ke-35
Hari jadi LATIN ke-35 mengusung tema Melacak Langkah: 35 Tahun LATIN Membangun Sosial Forestri. Dirayakan secara virtual dan ditayangkan langsung melalui Youtube untuk mendapatkan jangkauan yang lebih luas, peringatan ini dikemas dalam bentuk perbincangan yang dihadiri para Latiners seperti Yando Zakaria, Wito Laros, Rudy Syaf, dan Sahabat LATIN seperti IGG Maha Adi, Sandra Moniaga, Gita Syahrani serta seluruh komponen LATIN dalam mewujudkan refleksi dan menata jalan menuju Sosial Forestri 2045.
“Upaya advokasi Sosial Forestri mestinya tidak lagi berada pada pintu-pintu organisasi masyarakat sipil tapi juga menjadi fokus pemerintah dan swasta dalam mengelola sumber daya alam yang berkeadilan. Pada masa ini kita tidak lagi menolak kehadiran Sosial Forestri tapi memberikan makna yang lebih berdampak.” Tutur Yando Zakaria.
LATIN mengalami lika-liku yang panjang sebagai sebuah organisasi yang terus menggaungkan kedaulatan rakyat atas lingkungan yang lestari.
Perjalanan LATIN menuju empat dekade telah membentuk beragam transformasi untuk melakukan aksi nyata yang bukan hanya sekedar narasi. LATIN gencar mengembangkan kegiatan pengelolaan hutan yang lestari, mengembangkan kemampuan dan kapasitas lembaga dan masyarakat, dan membangun kemandirian lembaga dan masyarakat untuk mendapat pengakuan dan legalitas atas akses kelola masyarakat terhadap hutan.
LATIN, sebagai sebuah organisasi yang berperan aktif dalam gerakan sosial, telah melahirkan individu-individu tangguh yang dikenal sebagai Latiners. Mereka berkontribusi besar dalam berbagai isu berkelanjutan, termasuk pelestarian lingkungan hidup berbasis masyarakat. Salah satu contoh nyata adalah Ir. Suwito, atau yang lebih dikenal dengan julukan Wito Laros, menerima penghargaan Satyalencana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2023.
Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasinya sebagai Praktisi dan Pendamping Perhutanan Sosial, memperlihatkan komitmennya dalam menjaga dan memajukan keberlanjutan sumber daya hutan bagi masyarakat.
Penyerahan tanda kehormatan Satyalencana Wira Karya oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, Msc kepada Ir. Suwito.
LATIN mengajak seluruh lapisan masyarakat dan organisasi masyarakat sipil untuk segera melakukan refleksi dan evaluasi mendalam. Penting untuk menilai langkah yang telah diambil dan merumuskan strategi ke depan demi mencapai cita-cita bangsa yang dideklarasikan.
Kedaulatan rakyat atas sumber daya alam menjadi aspek penting, dimana pengelolaan yang adil harus memastikan manfaat bagi seluruh rakyat. Dengan kesadaran bersama, semua pihak diharapkan berperan aktif dalam membangun masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan (Annisa Aliviani/Wan)