Induk Paus bungkuk bersama anaknya, Foto : Martin van Aswegen.
HAWAII, BERITALINGKUNGAN.COM– Para ahli biologi dari University of Hawaiʻi di Mānoa Hawaiʻi Institute of Marine Biology telah berhasil menggunakan teknologi drone untuk menilai kondisi kesehatan paus bungkuk (humpback whale) ibu dan anaknya selama perjalanan migrasi mereka melintasi Samudra Pasifik.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengeluaran energi pasangan ibu-anak paus bungkuk, terutama mengingat penurunan reproduksi dan kelangsungan hidup anak paus bungkuk di Pasifik Utara. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam The Journal of Physiology.
Pengukuran dengan Drone
Tim peneliti menggunakan kamera drone untuk mengukur pertumbuhan anak paus dan kondisi tubuh ibu paus beberapa hari setelah kelahiran di Hawaiʻi. Data ini kemudian dibandingkan dengan kondisi tubuh paus bungkuk betina di wilayah makan di Alaska, termasuk betina yang sedang hamil, menyusui, maupun dengan status reproduksi yang tidak diketahui.
Menurut Martin van Aswegen, kandidat PhD di Marine Mammal Research Program (MMRP) dan penulis utama studi ini, “Sebanyak 2.410 pengukuran dilakukan pada 1.659 individu, termasuk 405 pengukuran berulang dari 137 betina yang sedang menyusui untuk melacak perubahan volume tubuh ibu paus selama migrasi.”ujar Martin seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman Universitas Hawii (19/12/2024)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paus bungkuk betina yang lebih besar melahirkan anak yang lebih besar dan tumbuh lebih cepat. Dalam periode enam bulan, betina yang sedang menyusui mengalami penurunan volume tubuh rata-rata sebesar 17%, sementara volume tubuh anak paus meningkat hampir 395% dan panjang tubuhnya bertambah sekitar 60%. Di Hawaiʻi, ibu paus bungkuk kehilangan hampir 214 pon lemak setiap harinya selama menyusui.
Selama 60 hari masa laktasi, ibu paus kehilangan sekitar 20% volume tubuhnya, yang setara dengan energi lebih besar dari seluruh kehamilan mereka selama setahun. Sebaliknya, di Alaska, paus betina yang menyusui memiliki tingkat kenaikan berat badan paling lambat dibandingkan dengan paus betina yang tidak menyusui.
Penurunan Kelahiran dan Dampak Perubahan Iklim
Penelitian ini juga mengungkapkan penurunan tajam dalam tingkat kelahiran paus bungkuk. Di Hawaiʻi, tingkat pertemuan ibu-anak paus turun sebesar 76,5% antara 2013 dan 2018, dengan tingkat kelahiran anjlok 80% dari 2015 hingga 2016. Di Alaska, 2018 mencatat kegagalan reproduksi total, dengan tingkat kelangsungan hidup anak paus menurun sepuluh kali lipat antara 2014 hingga 2019.
Penurunan ini diyakini disebabkan oleh gelombang panas laut global yang berlangsung lama, yang memengaruhi ketersediaan makanan paus bungkuk dan menyebabkan stres nutrisi.
Implikasi untuk Masa Depan
“Penelitian ini menjadi dasar untuk studi lanjutan tentang tuntutan energi paus bungkuk,” ujar Lars Bejder, Direktur MMRP sekaligus salah satu penulis penelitian.
Database kesehatan paus bungkuk yang terdiri dari 11.000 pengukuran terhadap 8.500 individu paus di Pasifik Utara kini digunakan dalam berbagai proyek untuk memprediksi ketahanan paus terhadap ancaman seperti perubahan iklim, gangguan, dan tabrakan kapal.
Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara Alaska Whale Foundation, Pacific Whale Foundation, dan mitra lainnya, menunjukkan pentingnya kerja sama lintas disiplin dalam memahami hubungan antara kesehatan ibu paus, pertumbuhan anak, dan stres lingkungan (Marwan Aziz).