Ilustrasi limbah makanan.
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Envmission, startup teknologi hijau (green-tech) di Indonesia, meluncurkan EnvmissionSuite, sebuah solusi teknologi inovatif untuk mengatasi persoalan limbah makanan (food waste) yang kian menjadi sorotan nasional.
Acara peluncuran tersebut berlangsung di kawasan Senayan, Senin (9/12), dan dihadiri berbagai pihak dari sektor publik dan swasta.
Indonesia saat ini tercatat sebagai salah satu penyumbang limbah makanan terbesar di dunia, dengan jumlah mencapai 23–48 juta ton setiap tahun. Limbah ini tidak hanya menjadi ancaman bagi ketahanan pangan, tetapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) yang signifikan, memperparah perubahan iklim global.
Muhamad Rangga Bermana, Chief Product Officer Envmission, menegaskan bahwa peluncuran EnvmissionSuite merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung keberlanjutan. “Kami percaya bahwa dengan teknologi dan kolaborasi, kita dapat menciptakan perubahan nyata untuk masa depan yang lebih hijau,” ujarnya.
Teknologi Berbasis Data untuk Pengelolaan Limbah Efisien
EnvmissionSuite menawarkan solusi berbasis data dan pendekatan perilaku yang memungkinkan perusahaan, institusi, dan masyarakat mengelola limbah secara efisien. Layanan ini telah hadir di lima wilayah, termasuk Bogor dan kawasan BSD, dengan kapasitas pengelolaan limbah mencapai 2 ton per minggu.
Adapun fitur unggulan yang sudah tersedia meliputi:
- EnvMeter: Alat pengelolaan limbah dan perhitungan emisi GRK Scope 3 sesuai standar Greenhouse Gas Protocol.
- Ecopilot: Platform pengelolaan proyek keberlanjutan untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
- Pengembangan Proyek Karbon: Mendukung penciptaan proyek karbon offset sesuai standar internasional, seperti Joint Crediting Mechanism (JCM).
Produk yang sedang dikembangkan mencakup EnvInsight untuk analisis risiko iklim dan EnvReport sebagai alat pelaporan keberlanjutan.
Transformasi Limbah Menjadi Sumber Daya Bernilai
EnvmissionSuite juga memungkinkan konversi limbah makanan menjadi produk bernilai tinggi seperti biofuel, biochar, dan syngas. Hal ini mendukung mitigasi perubahan iklim sekaligus mendorong pencapaian target keberlanjutan nasional.
Yuli Prasetyo Nugroho, Kasubdit Ditjen Kementerian Lingkungan Hidup, menyatakan dukungan terhadap inovasi ini. “EnvmissionSuite dapat dikembangkan untuk menghubungkan pihak penghasil limbah dengan pengguna limbah, seperti untuk pakan ternak,” katanya.
Deftrianov, Kepala Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bappeda DKI Jakarta, mengungkapkan antusiasmenya untuk bekerja sama. “Kami tertarik berkolaborasi lebih lanjut untuk memanfaatkan solusi teknologi Envmission dalam pengelolaan limbah makanan di Jakarta,” ujarnya.
Dengan timbulan sampah mencapai 8.000 ton per hari di Jakarta, sekitar 40% di antaranya adalah limbah makanan. Data Bappenas 2021 menunjukkan, antara 2000–2019, limbah makanan bernilai hingga Rp 551 triliun per tahun atau setara 4-5% PDB Indonesia.
EnvmissionSuite hadir sebagai harapan baru dalam menciptakan sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan dan mendukung transisi ke ekonomi sirkular di Indonesia (Marwan Aziz)