Ilustrasi Bunga Krisan.
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah berhasil mengembangkan varietas baru tanaman krisan yang cocok ditanam di dataran rendah, memberikan peluang baru bagi petani untuk memenuhi kebutuhan pasar akan bunga potong yang semakin meningkat.
“Perakitan varietas krisan adaptif dataran rendah menjadi salah satu alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan tanaman krisan, tanpa terbatas oleh lingkungan atau lokasi tanam,” ungkap Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari, dalam keterangan persnya di Jakarta seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara (26/04/2024).
Menurut Puji, krisan merupakan salah satu tanaman hias yang sangat diminati, menduduki peringkat ketiga dalam perdagangan bunga potong secara global. Di negara-negara seperti Jepang dan China, krisan bahkan menjadi tanaman hias paling populer, sementara di Jerman menduduki peringkat ketiga dan di Inggris peringkat kedua.
Meskipun berasal dari daerah subtropis, krisan telah berhasil dibudidayakan di daerah tropis, tetapi membutuhkan kondisi lingkungan yang khusus. Di Indonesia, budidaya krisan umumnya dilakukan di dataran tinggi dengan teknologi khusus untuk memenuhi kebutuhan cahaya, karena krisan merupakan tanaman hari panjang.
Ridho Kurniati, seorang peneliti di Pusat Riset Hortikultura BRIN, menyatakan bahwa meskipun krisan telah menjadi tanaman hias yang populer di Indonesia, penelitian terhadap komponen dan senyawa biokimia dalam tanaman ini masih terbatas. Hal ini menjadi penting karena informasi tersebut dapat memiliki berbagai manfaat luas, termasuk dalam bidang biofarmasi, makanan, minuman, dan kosmetik.
Dalam penelitiannya, Ridho menggunakan 12 varietas krisan yang memiliki potensi sebagai sumber gen untuk kegiatan pemuliaan. Dua varietas yang menonjol sebagai sumber gen adaptif di dataran rendah adalah Maruta dan Swarna Kencana.
Proses seleksi varietas krisan yang adaptif di dataran rendah dilakukan di rumah kasa yang berlokasi di KST Soekarno Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Varian krisan yang adaptif di dataran rendah ini akan menjadi asal atau donor untuk pemuliaan mutasi, dengan penelitian yang dilakukan secara paralel di dua lokasi, yaitu di rumah kasa KST Soekarno Cibinong dan laboratorium kultur jaringan KKI Cibodas.
Hingga saat ini, hasil penelitian yang dilakukan telah menghasilkan terbentuknya kalus dari tiga varietas krisan sebagai materi induksi mutasi Ethyl Methane Sulphonate (EMS) serta data pengamatan yang relevan.
Sebelumnya pada tahun 2021, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) bersama BPTP Bali mengembangkan varietas krisan yang adaptif di dataran rendah di Buleleng, Bali, Pengembangan krisan dataran rendah ini termasuk program kegiatan Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK). Demplot dibuat di Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Dengan pencapaian ini, BRIN membuka peluang baru bagi industri pertanian Indonesia untuk mengembangkan budidaya krisan secara lebih luas dan efisien, serta memperluas pangsa pasar bunga potong dalam negeri maupun internasional (Ant/BL)