Terkubur di Bawah Nikel, Nyawa yang Terlupakan di Tanah Morowali

Berita Lingkungan Energi Environmental News RIC Sulawesi Tambang Terkini

Ilustrasi tambang nikel. Dok : Beritalingkungan.com

MOROWALI, BERITALINGKUNGAN.COM– Di tengah gelap malam Morowali, Sulawesi Tengah, pada pukul 00.10 WITA, tanah tiba-tiba bergeser, menggulung manusia dan mesin ke dalam perut bumi. Tailing—limbah berlumpur hasil tambang nikel—yang disimpan dalam bendungan buatan, pecah dan mengalir liar.

Empat operator alat berat yang tengah bekerja di kawasan penyimpanan itu tak sempat lari. Hanya satu yang selamat. Tiga lainnya—Demianus, Irfan Tandi Tasik, dan Muhammad Akbar—terkubur bersama limbah industri.

Tragedi ini terjadi pada 22 Maret 2025 di kilometer delapan kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan industri nikel raksasa yang dikenal sebagai jantung produksi bahan baku baterai kendaraan listrik dunia. Ironisnya, di balik kilauan transisi energi global, tersimpan luka mendalam di tanah yang seharusnya subur.

Menurut Yayasan Tanah Merdeka, tailing dari proses High Pressure Acid Leaching (HPAL) teknologi pengolah bijih nikel menghasilkan 100 ton limbah untuk setiap ton logam yang diproduksi.

Lumpur ini, yang mengandung air hingga 30 persen, sangat mudah bergeser, apalagi saat musim hujan melanda. RTRW Kabupaten Morowali sendiri telah menetapkan kawasan ini sebagai wilayah rawan longsor dan gempa. Tetapi pembangunan tetap berlanjut, seolah bencana bukan ancaman nyata.

Abdul Haris dari TuK INDONESIA menjelaskan bahwa tailing bukan hanya lumpur tak berguna. Ia menyimpan senyawa kimia berbahaya yang bila tidak dikelola dengan benar, bisa membunuh—secara harfiah. “Longsor ini bukan kecelakaan murni, ini konsekuensi dari abainya manajemen dan longgarnya pengawasan negara.”

Lebih dari sekadar kecelakaan, tragedi ini adalah pengingat bahwa di balik logam hijau yang kita banggakan untuk dunia yang lebih bersih, ada pekerja kasar yang mempertaruhkan hidup mereka setiap hari.

Sejumlah serikat buruh—FPE KSBSI, SPL FSPMI, SBIMI—turun tangan. Mereka menuntut investigasi menyeluruh dan transparan. “Satu nyawa lebih berharga dari keuntungan perusahaan sebesar apapun,” tegas Riswan Lubis Ketua Umum FPE-KSBSI kepada Beritalingkungan.com (21/04/2025).

Sementara Zen Alhasni menyebut bahwa jika kematian demi kematian dibiarkan terus terjadi, itu bukan kecelakaan, melainkan pembunuhan yang terencana.

Para aktivis menyebut fenomena ini sebagai “banalitas kejahatan”, mengutip filosofi Hannah Arendt. Bahwa ketika kematian menjadi hal biasa dalam industri, maka nilai nyawa manusia pun perlahan memudar.

Riswan Lubis mengungkapkan pihaknya berbela sungkawa atas kejadian tersebut dan menuntut pemerintah serta manajemen PT IMIP sebagai pengurus kawasan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh.

“Tentunya kita tidak ingin hal ini terus terjadi, nyawa 1 orang sudah lebih tentu lebih berharga dibandingkan keuntungan perusahaan
sebesar apapun. Kejadian yang terus berulang ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan besar di sistem dan pengimplementasian K3 yang ada di Kawasan IMIP. Investigasi kejadian ini harus dilakukan secara transparan dan hasilnya diinformasikan kepada semua pihak terkait sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Kami berharap ada upaya serius dari pemerintah untuk memastikan tidak ada lagi kecelakaan kerja di Kawasan IMIP yang menimbulkan korban jiwa di masa mendatang.”ujarnya.

Kejadian longsor yang menimbulkan korban jiwa ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi di industri Nikel yang ada di Sulawesi. Dalam lima tahun terakhir, Morowali sudah mencatat sederet nama yang tewas akibat longsor, ledakan, dan kelalaian

Sebelumnya di 17 Februari 2022, Habib Hamdani meregang nyawa ketika tertimbun longsor yang terjadi di area pelebaran jalan menuju Pelabuhan Jeti PT Gunbuster Nickel Indonesia di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara.

Pada 27 April 2023, longsor juga terjadi di kawasan buangan limbah slag milik PT Indonesia Guang Ching Nickel And Stainless Industry yang menyebabkan hilangnya nyawa Arif dan Masriadi, 2 sopir Dump Truck yang saat itu berada di lokasi. Longsor juga menyebabkan hilangnya nyawa Bega Youser dan Rahmat Nandi Bayowe yang merupakan buruh PT Sumber Permata Mineral ketika melakukan pekerjaannya di Desa Peboa, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *