Direktur Eksekutif Perkumpulan Skala, Trinimalaningrum. |
JAKARTA,BERITALINGKUNGAN.COM- Gempa menghantam Nusa Tenggara Barat, dengan kekuatan gempa 6,4 SR pada 29 Agustus 2018 yang kemudian disusul gempa 7 SR (5/8/2018) beberapa waktu lalu menyisahkan banyak pekerjaan dilakukan untuk kembali membangun Lombok.
Gempa bumi ini berpusat di darat di dekat Gunung Rinjani wilayah Kabupaten Lombok Timur. Guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan di seluruh Pulau Lombok, Pulau Bali dan Pulau Sumbawa.
Guncangan terkuat berada di seluruh wilayah Pulau Lombok terutama Kabupaten Lombok Timur, Sumbawa Barat serta Sumbawa Besar berupa guncangan V-VI MMI. Sedangkan di Pulau Bali dirasakan kuat berupa III-IV MMI serta di Bima III MMI.
Berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan oleh BNPB, Sementara itu, dampak gempa Lombok, hingga saat ini (29/8/2018) tercatat 562 orang meninggal dunia, 1.469 orang luka-luka, dan 396.032 orang mengungsi.
Kerusakan fisik meliputi 83.392 unit rumah rusak, dan 3.540 unit fasilitas umum dan fasilitas sosial rusak. Diperkirakan kerusakan dan kerugian mencapai Rp 7,7 trilyun.
Untuk membangun kembali Lombok pasca gempa, sejumlah lembaga kini tengah bekerja membangun Lombok seperti Perkumpulan Skala dan CSR Sampoerna Untuk Indonesia bersama masyarakat setempat membangun Kampung Mandiri dan Tangguh Bencana di Lombok.
Pembangunan Kampung Mandiri dan Tangguh Bencana yang dilakukan Skala yang didukung Sampoerna CSR tersebar di Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Skala, Trinirmalaningrum mengungkapkan, pasca gempa Lombok, Pemerintah Indonesia berdasarkan informasi dari BNPB, telah menyalurkan bantuan perbaikan rumah sebesar Rp 250 milyar.
BNPB sudah mengajukan tambahan anggaran ke Kementerian Keuangan untuk bantuan perbaikan rumah. Upaya mempercepat perbaikan rumah terus dilakukan. 20 unit rumah contoh dengan teknologi tahan gempa RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat).
Kementerian PUPERA akan mengerahkan 400 orang insinyur untuk membantu percepatan pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi. Saat ini masih dilakukan rekuitmen 135 orang tenaga fasilitator pendamping.
Perbaikan perumahan dan permukiman nantinya dikerjakan oleh masyarakat dengan menggunakan pola Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Permukiman Berbasis Komunitas).
“Pola Rekompak ini telah berhasil diterapkan dalam pascabencana gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006, pascaerupsi Gunung Merapi tahun 2010, pascagempa Pidie Jaya 2016, dan lainnya,”tuturnya.
Sementara itu lanjut Rini, panggilan akrab Trinimalaningrum, perbaikan darurat fasilitas publik seperti pasar darurat, sekolah, puskesmas, perkantoran juga dilakukan agar aktivitas masyarakat dapat segera berjalan kembali.
Sebagian masyarakat telah kembali melakukan aktivitas di pasar. Sebagian juga tetap melakukan aktivitas di ladang, kebun dan lahan pertaniannya. Saat siang hari mereka bekerja, dan malam hari mereka tinggal di pengungsian atau tenda.
Masa transisi darurat ke pemulihan ditetapkan Gubernur NTB selama 180 hari yaitu 26/8/2018 hingga 26/2/2019. Pemerintah Pusat terus mendampingi Pemda NTB dan kabupaten/kota terdampak gempa bumi.
Kebutuhan mendesak saat ini untuk korban gempa d Lombok dan Sumbawa adalah tenda, terpal, logistik permakanan, khususnya makanan siap saji, air bersih, MCK, sanitasi, layanan kesehatan, trauma healing, selimut, tikar, seragam anak-anak sekolah dan peralatan sekolah, kebutuhan bayi dan balita, kebutuhan wanita, peralatan dapur untuk memasak, dan lainnya.
Tetapi, mengingat banyaknya jumlah korban serta kerusakan yang dialami akibat gempa yang beruntun terjadi di wilayah Lombok, sehingga masih banyak wilayah yang belum dijangkau oleh bantuan-bantuan serta minim fasilitas serta beberapa warganya masih mengalami trauma berat akibat gempa tersebut, karena sampai saat ini BMKG mencatat sudah lebih dari 1.939 gempa yang terjadi di Lombok.
Tidak hanya itu, pasca gempa berbagai persoalan lainpun bermunculan, berjangkitnya penyakit, akibat kebersihan yang tidak terjaga, persoalan minimnya air bersih di beberapa tempat serta persoalan lain yang membutuhkan uluran tangan.
“Untuk itulah kami dari Perkumpulan Skala dengan dukungan dari CSR Sampoerna Untuk Indonesia akan mengusulkan beberapa kegiatan di beberapa tempat di wilayah Lombok. Kami memberi judul kegiatan ini adalah “Lombok Bangkit, Membangun Kampung Mandiri dan Tangguh Bencana Bersama Masyarakat,”ujarnya.
Dwi Minarto, Koordinator Program Lombok Bangkit (Lombok Build Back Better) Perkumpulan Skala menjelaskan, secara umum program ini bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat korban gempa di Lombok dengan beberapa bantuan yang dibutuhkan.
Secara khusus program ini akan memberikan daya ungkit bagi masyarakat utamanya untuk ekonomi, agar bangkit kembali dan menjadi masyarakat yang siaga dan tangguh terhadap bencana.
Adapun beberapa aktivitas di lapangan yang dilakukan untuk membangun Kampung Mandiri dan Tangguh Bencana di Lombok yaitu
1.Memberikan bantuan teknis
2.Penguatan masyarakat melalui trauma hiling, fasilitasi pertemuan warga, pemberian siraman rohani, dll.
3.Pemberdayaan masyarakat, fasilitasi untuk menghidupkan pasar di beberapa wilayah
4.Knowledge management
Program ini dalam implemntasinya akan memfasilitasi pengadaan tenda-tenda tempat para pengungsi, pengadaan tenda-tenda untuk Fasilitas Umum (Fasum) dan Fasilitas Sosial (Fasos), pembangunan toilet sebagai MCK bagi pengungsi, pengadan air bersih, juga ada kegiatan trauma hiling bagi pengungsi dan berbagai pertemuan warga untuk mendesain bersama beberapa fasilitas yang akan difasilitasi oleh Tim serta penyebaran informasi kegiatan kebencanaan oleh tim komunikasi skala.
“Semua kegiatan akan melibatkan masyarakat setempat sebagai bagian dari kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca gempa, semoga dengan program kami lakukan ini bisa mempercepat pembangunan kembali Lombok pasca gempa dan bisa meringankan beban saudara-saudari kita yang menjadi korban gempa,”tambahnya.(Marwan)
–>