LOMBOK TENGAH, BERITALINGKUNGAN.COM – Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2022, EcoRanger dari Greeneration Foundation bersama Yayasan Aksi Indonesia Lestari (Ddorocare) melakukan serangkaian aksi nyata mewujudkan NTB “Zero Waste” melalui penelitian dan clean-up. Didukung oleh Kedutaan Besar Selandia Baru, aksi tersebut dilakukan di Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada 21-28 Januri 2022.
Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang permasalahan sampah dan kondisi sosial budaya masyarakat sekitar, serta menganalisis proyeksi timbulan sampah masyarakat agar menemukan strategi terbaik dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan dengan metode survei masyarakat, wawancara pemangku kepentingan, dan sampling sampah.
Survei yang dilakukan terhadap 30 warga Desa Wisata Hijau Bilebante menampilkan fakta mengejutkan terkait pengelolaan sampah. Rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga mencapai 1.2 ton per hari. Jika dihitung per kapita, satu orang menghasilkan 0.4 kg sampah per hari.
“Sangat disayangkannya lagi, 56.67% warga masih membuang sampahnya begitu saja di lahan terbuka dan 36.67% membuang di selokan,” tulis EcoRanger dalam dalam keterangan resminya.
Warga melakukan penimbangan sampah. (sumber: EcoRanger dari Greeneration Foundation) |
Berdasarkan hasil survei, ada beberapa faktor penyebab permasalahan sistem pengelolaan sampah di Desa Wisata Hijau Bilebante, yaitu: minimnya fasilitas pengelolaan sampah, pengetahuan masyarakat, dan tingkat kepedulian masyarakat terhadap permasalahan sampah.
“Ke depannya, masyarakat, pemerintah, komunitas, dan program EcoRanger harus bekerjasama untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah tersebut untuk membangun dan menjalankan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” papar EcoRanger.
Tak sekedar melakukan penelitian potensi sampah, EcoRanger dan Ddorocare juga mewujudkan upaya NTB “Zero Waste” dengan beraksi bersama masyarakat. Dalam rangka menyambut HPSN 2022, EcoRanger juga melakukan edukasi gaya hidup minim sampah dan pengelolaan sampah sederhana kepada siswa-siswi Madrasah (MI/MTs/MA) Hadil Ishlah Bilebante yang diadakan pada Senin 21 Februari 2022.
Antusiasme para siswa sangat tinggi untuk bergerak bersama lindungi Bumi. Total ada 206 siswa yang ikut membersihkan kawasan Desa Wisata Hijau Bilebante dan sekitar sekolah dari sampah. Mereka berhasil mengumpulkan 62,76 Kg sampah. Sampah yang terkumpul dikelola lebih lanjut di Bank Sampah Indonesia Lestari (B-SILe).
Warga melakukan clean up di Desa Bilebante, Lombok Tengah. (sumber: EcoRanger dari Greeneration Foundation) |
Terkait aksi clean up yang dilakukan, Nita selaku istri Kepala Desa Bilebante mengungkapkan, “Senang sekali ya rasanya melihat anak-anak muda mau peduli pada lingkungan, bahkan mereka mau memungut sampah yang bukan miliknya. Aksi seperti ini harus dipertahankan karena sampahku adalah tanggung jawabku dan sampahmu adalah tanggung jawabmu.”
Berkat langkah nyata yang dilakukan, saat ini pemerintah Desa Bilebante telah mendeklarasikan dukungannya untuk EcoRanger dan Ddorocare mengembangkan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis masyarakat di Desa Wisata Hijau Bilebante melalui surat dukungan kepala desa.
Tak hanya dari pemerintah desa, New Zealand International Development Cooperation Programme juga mendukung seluruh upaya membangun sistem pengelolaan sampah berkelanjutan di Desa Bilebante. Dukungan itu dapat memperlancar upaya untuk mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan sampah berkelanjutan agar masyarakat memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab untuk turut berkontribusi menyelesaikan masalah sampah yang mereka hasilkan.
Komposisi sampah yang dikumpulkan (sumber: EcoRanger dari Greeneration Foundation) |
Tentunya, mengintegrasikan masyarakat dengan fasilitas pengelolaan sampah milik pemerintah juga diupayakan agar pemerintah turut berperan dalam menangani sampah yang dihasilkan masyarakat. Dengan solusi yang ditawarkan, Desa Bilebante benar-benar dapat menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan yang pro lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
NTB sendiri menjadi salah satu wilayah yang tak luput dari permasalahan sampah. Didaulat menjadi Kawasan Ekonomi Khusus sekaligus Kawasan Strategis Pariwisata Nasional nyatanya tak membebaskan NTB dari masalah sampah.
Tiap harinya, 3.338 ton sampah dihasilkan. Dari jumlah tersebut, hanya 631 ton saja yang dibuang di TPA, sementara 2.695 (80%) ton sampah tidak terkelola. Tentunya, ini menjadi ancaman nyata bagi pengembangan potensi pariwisata NTB. (Jekson Simanjuntak)