Cyndy Sims via Flickr
Foto :JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan memenuhi kebutuhan pangan global, para ilmuwan berhasil merekayasa tanaman tebu dan sorgum agar mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer.
Hasilnya, kedua tanaman ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar dan cepat, membuka peluang baru untuk mendukung ketahanan pangan dunia.
Penelitian ini berfokus pada enzim Rubisco, elemen kunci dalam proses fotosintesis. Enzim ini membantu tanaman menangkap karbon dioksida dari udara untuk diolah menjadi energi. Namun, Rubisco juga memiliki kelemahan: terkadang enzim ini “salah langkah” dengan menyerap oksigen alih-alih karbon dioksida, sehingga memperlambat pertumbuhan tanaman.
Dengan meningkatnya kadar CO₂ akibat aktivitas manusia, Rubisco menjadi lebih efisien dalam menangkap karbon dioksida. Namun, hanya sedikit jenis tanaman yang mampu sepenuhnya memanfaatkan peningkatan ini. Tebu, sorgum, dan jagung adalah beberapa tanaman yang sudah sangat efisien berkat evolusi pompa karbon dioksida dalam selnya. Tantangannya, pertumbuhan mereka lebih terbatas oleh jumlah Rubisco di daun mereka.
Rekayasa Genetik untuk Pertumbuhan Lebih Cepat
Untuk menjawab tantangan tersebut, para ilmuwan dari University of Illinois melakukan rekayasa genetik pada tanaman tebu dan sorgum, meningkatkan produksi Rubisco dalam daun mereka.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa langkah ini dapat mempercepat pertumbuhan jagung di laboratorium. Dalam penelitian terbaru, yang dilakukan di lapangan terbuka, sorgum dengan tambahan Rubisco tumbuh 16 persen lebih besar dibandingkan tanaman biasa.
Di sisi lain, pada tebu yang ditanam di rumah kaca, efeknya bahkan lebih signifikan. “Memperbaiki fotosintesis, khususnya melalui Rubisco, akan menjadi langkah penting untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa depan,” kata Coralie Salesse-Smith, penulis utama penelitian tersebut seperti dikutip dari Beritalingkungan.com dari laman Yale.edu (24/12/2024).
Harapan Baru untuk Ketahanan Pangan
Penelitian ini menunjukkan potensi besar dalam memanfaatkan teknologi genetik untuk mengatasi tantangan pangan dan lingkungan. Dengan tanaman yang mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida, dunia tidak hanya mendapatkan sumber pangan yang lebih besar, tetapi juga kontribusi positif dalam mitigasi perubahan iklim.
Namun, studi ini masih perlu melewati tahap tinjauan sejawat sebelum dapat diimplementasikan secara luas. Jika berhasil, langkah ini bisa menjadi solusi dua arah untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menekan jejak karbon di atmosfer (Marwan Aziz).