Ilustrasi hutan pesisir. Foto : AlainAudet via Pixabay
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim mengancam kelestarian hutan pesisir secara serius. Ancaman ini sering kali sulit diprediksi, sehingga diperlukan alat yang efektif untuk memitigasi kerusakan dan mengalokasikan sumber daya konservasi dengan tepat.
Penelitian terbaru dari North Carolina State University dan United States Geological Survey (USGS) menunjukkan bagaimana citra satelit dapat membantu mengidentifikasi area hutan yang terancam berubah menjadi lahan basah atau air terbuka akibat kenaikan permukaan laut, yang dikenal sebagai “perubahan rezim.”
Marcelo Ardón, profesor di NC State sekaligus penulis penelitian ini, menjelaskan bahwa alat pemodelan baru ini mampu memperkirakan perubahan suatu area, sehingga dapat membantu konservasionis mengarahkan dana konservasi terbatas ke wilayah-wilayah yang paling membutuhkan.
“Kita tahu ekosistem pesisir ini mengalami perubahan, dan sulit memprediksi kapan serta di mana perubahan itu terjadi,” ujar Ardón seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman ncsu.edu (06/11/2024).
“Melalui pemantauan jarak jauh, kita bisa melihat arah perubahan suatu area. Dengan begitu, kita bisa mengidentifikasi area yang layak untuk dialokasikan dana konservasi atau jika area tersebut mungkin sudah terlalu jauh mengalami perubahan untuk dipulihkan. Alat ini bisa membantu menyalurkan anggaran konservasi secara lebih efektif.”tuturnya.
Penelitian ini pada awalnya bertujuan mengetahui apakah citra satelit dapat mendeteksi perubahan rezim di lahan basah pesisir secara dini dengan mengenali tanda-tanda peringatan awal. Meskipun metode ini memberikan hasil yang tidak konsisten, data tersebut kemudian dimanfaatkan dengan mengukur “Normalized Difference Vegetation Index” (NDVI) untuk menilai perubahan kesehatan vegetasi. NDVI menggunakan panjang gelombang cahaya satelit untuk mendeteksi seberapa sehat tanaman dengan membandingkan banyaknya cahaya merah yang diserap dan cahaya inframerah dekat yang dipantulkan oleh tumbuhan.
Melinda Martinez, peneliti utama dari USGS, menyebutkan perbedaan besar pada perubahan rezim antara area-area yang berdekatan. “Di beberapa wilayah, perubahan dari hutan menjadi lahan basah atau bahkan air terbuka terjadi dalam lima hingga enam tahun. Namun, di wilayah lain yang berdekatan, perubahan tersebut membutuhkan waktu yang jauh lebih lama,” jelasnya.
Studi ini, berjudul Detecting Trajectories of Regime Shifts and Loss of Resilience in Coastal Wetlands Using Remote Sensing, telah diterbitkan di jurnal Ecosystems (Marwan Aziz)