Ilustrasi pengukur suhu. Foto : geralt via Pixabay
AUSTIN, BERITALINGKUNGAN.COM– Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Arizona State University, University of Washington, dan University of Texas at Austin menemukan bahwa panas ekstrem secara signifikan mempengaruhi rutinitas harian masyarakat, mulai dari waktu yang dihabiskan di rumah hingga pilihan transportasi.
Studi ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk perubahan kebijakan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan meningkatnya suhu global.
Dipimpin oleh Profesor Ram M. Pendyala dari Arizona State University, penelitian ini memaparkan bagaimana panas ekstrem mempengaruhi aktivitas harian dan pilihan mobilitas masyarakat, terutama bagi kelompok-kelompok demografi tertentu.
Berdasarkan data dari American Time Use Survey (ATUS) dan data cuaca dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), penelitian ini menyoroti dampak panas pada 11 wilayah metropolitan utama di Amerika Serikat, termasuk New York, Los Angeles, dan Phoenix.
Dampak Panas Terhadap Aktivitas Harian
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada hari-hari dengan suhu ekstrem, masyarakat cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, mengurangi aktivitas di luar ruangan, dan menghindari perjalanan yang tidak penting.
Perjalanan untuk rekreasi, belanja, dan bersosialisasi menurun secara signifikan saat suhu meningkat. Masyarakat juga lebih memilih bepergian di pagi atau malam hari guna menghindari panas siang hari.
Panas ekstrem juga mempengaruhi pilihan transportasi. Penggunaan kendaraan pribadi meningkat, sementara perjalanan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum turun drastis. Pada hari-hari panas ekstrem, penggunaan transportasi umum turun hingga 50%, karena banyak yang memilih kendaraan ber-AC untuk kenyamanan.
Kelompok Rentan Paling Terpukul
Studi ini menunjukkan bahwa kelompok berpendapatan rendah dan mereka yang tidak memiliki akses kendaraan pribadi lebih rentan terhadap panas ekstrem.
Mereka lebih bergantung pada transportasi umum atau berjalan kaki, yang membuat mereka terpapar suhu panas berbahaya.
Selain itu, kelompok ini seringkali tidak memiliki fleksibilitas dalam hal waktu dan tempat kerja, yang membuat mereka harus tetap bepergian meskipun suhu sangat tinggi.
Kelompok lanjut usia juga menghadapi tantangan lebih besar dalam menyesuaikan rutinitas harian mereka saat menghadapi suhu ekstrem, meningkatkan risiko isolasi sosial.
Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan temuan ini, para peneliti merekomendasikan berbagai kebijakan untuk mengurangi dampak panas ekstrem. Rekomendasi ini meliputi penciptaan ruang publik yang teduh, pemberian subsidi transportasi bagi kelompok rentan, serta penerapan hari “libur panas” di mana masyarakat didorong untuk tetap di rumah dan menghindari perjalanan.
Penanaman pohon dan penggunaan material reflektif panas di jalan raya juga menjadi solusi yang diusulkan untuk menjadikan kota lebih tahan terhadap panas yang meningkat.
“Panas ekstrem memperburuk ketidaksetaraan dalam mobilitas dan partisipasi aktivitas,” ujar Pendyala seperti dikutip dari laman asu.edu (03/10/2024). “Kebijakan yang berfokus pada perlindungan kelompok paling rentan sangat diperlukan.”ujarnya.
Membutuhkan Adaptasi
Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas gelombang panas akibat perubahan iklim, penelitian ini mendesak kota-kota untuk segera mengintegrasikan strategi mitigasi panas dalam perencanaan transportasi dan tata kota. Peneliti berharap hasil studi ini mendorong tindakan nyata untuk menciptakan kota yang lebih tangguh terhadap panas.
“Penelitian ini menunjukkan bagaimana panas dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, terutama bagi kelompok yang paling rentan,” tambah Pendyala. “Tujuan kami adalah menyediakan bukti untuk mendorong perubahan yang berarti.”jelasnya (Marwan Aziz)