Harapan dari Ujung Barat Jawa, Tiga Jejak Badak Jawa Ditemukan

Berita Lingkungan Satwa Terkini

Ilustrasi Badak Jawa. Dok : Beritalingkungan.com

PANDEGLANG, BERITALINGKUNGAN.COM– Di balik rimba lebat Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), di antara bayang-bayang hutan primer dan suara-suara alam yang purba, kabar menggembirakan bergema dari dunia konservasi Indonesia.

Tiga individu baru badak jawa (Rhinoceros sondaicus)—spesies paling langka di muka bumi—telah teridentifikasi dalam patroli intensif Balai TNUK. Ini bukan sekadar penemuan. Ini adalah nyala harapan yang tumbuh dari tanah terakhir yang masih dihuni badak bercula satu ini.

Hal ini terungkap dari hasil patroli mobile selama 15 hari, mulai 14 hingga 28 April 2025, menunjukkan adanya dugaan kuat keberadaan tiga individu baru badak jawa, spesies langka yang hanya tersisa di Ujung Kulon, Banten.

Jejak Kecil di Blok Citadahan

Kisah bermula pada pertengahan April, ketika tim patroli menyisir Blok Citadahan, sebuah area hutan hujan dataran rendah yang menjadi rumah bagi sejumlah satwa liar endemik. Di atas tanah yang lembap dan berselimut dedaunan, mereka menemukan tapak kecil berukuran 19 hingga 20 sentimeter—jejak mungil seekor badak yang diperkirakan berumur hanya 4 hingga 6 bulan.

Di dunia tempat kelahiran badak jawa adalah peristiwa langka, penemuan ini bagaikan oase di tengah gurun. Tapak itu bukan hanya menandai kehadiran seekor anak badak, tetapi juga menegaskan bahwa kehidupan terus bertumbuh di habitat alami yang tersisa.

Induk dan Anak di Antara Bayang-bayang

Sebelumnya pada 30 Maret 2025 pukul 19.13 WIB, mata digital dari kamera trap yang tersembunyi di kedalaman hutan juga merekam pemandangan yang menggetarkan: seekor induk badak bersama anak betina yang diperkirakan berusia dua tahun.

Dalam siluet senja, terlihat bagaimana sang induk melindungi anaknya, berjalan perlahan menembus semak belukar. Gambar itu bukan hanya dokumentasi. Ia adalah simbol ketahanan, cinta alam, dan keberhasilan konservasi jangka panjang.

Tak kalah menarik, pada 3 April pukul 00.18 WIB, individu jantan remaja tertangkap kamera di lokasi berbeda. Usianya diperkirakan sekitar tiga tahun, menunjukkan dinamika populasi yang sehat dan regeneratif. Meski identitas pastinya masih dalam tahap verifikasi, penampakan ini memperkuat keyakinan bahwa TNUK bukan hanya suaka terakhir badak jawa, tetapi juga tempat mereka terus bertumbuh dan berkembang.

Titik Balik Konservasi

Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Antoni, menyambut temuan ini dengan optimisme tinggi. “Kami berharap keberadaan individu baru ini semakin memperkuat populasi badak jawa di TNUK. Kita akan terus memantau dan memastikan perlindungan maksimal bagi mereka,” ujarnya (06/05/2025).

Keberhasilan ini adalah hasil kolaborasi panjang antara Balai TNUK, Direktorat Jenderal KSDAE, mitra konservasi, serta masyarakat adat dan lokal. Mereka menjaga hutan bukan hanya sebagai tempat tinggal satwa, tetapi sebagai warisan hidup bangsa.

Menjaga Sisa Terakhir

Badak jawa kini hanya tersisa di satu tempat di dunia: Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Dengan populasi yang diperkirakan tak lebih dari 80 ekor, setiap kelahiran adalah keajaiban, dan setiap individu baru adalah bagian dari perlawanan terhadap kepunahan.

Dengan penemuan ini, alam Indonesia kembali berbisik bahwa selama masih ada hutan yang dijaga dan kesungguhan untuk melindungi, harapan akan selalu tumbuh—bahkan di antara belukar yang sunyi (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *