BANDUNG, BERITALINGKUNGAN.COM – Peneliti Utama dari VTT Technical Research Center of Finland Ltd Mona Arnold yang berkesempatan membuka webinar bertajuk Ventures to Prevent Plastic Pollution Toward The Ocean menekankan tentang pentingnya ekonomi sirkular dalam proses perbaikan masalah sampah plastik.
Ia juga mengingatkan bahwa pemanfaatan sumber daya seharusnya mampu membuat bahan baku yang dihasilkan melalui daur ulang. “Kami menganalisis kemudian menggunakan teknologi dari tim RiverRecycle dan selanjutnya di-valorisasi sebagai material-material yang berguna,” ujarnya.
Senada dengan itu, pendiri RiverRecycle Anssi Mikola menyatakan bahwa solusi dari masalah sampah plastik bisa dimulai dengan menelusuri setiap sumber limbah plastik yang berakhir di laut yang telah mencemari ekosistem.
“Masalah utama yang kita hadapi adalah tentang kesulitan apakah produk yang kita beli itu merupakan masalah atau sebuah solusi,” ungkapnya
Oleh sebab itu, perlu untuk menelusuri setiap limbah plastik yang dikumpulkan sehingga dapat menghitung rantai nilainya. “Dengan menghitung rantai nilainya, maka ada keuntungan di dalamnya,” sambung Anssi.
Sementara terkait dengan maraknya sampah di kali/ sungai, hal itu merupakan tanggung jawab bersama. Anssi mengatakan, tidak ada yang bisa disalahkan dalam kondisi demikian.
Pendiri Siklus, Jane Marlen Von Rabenau juga memberikan pandangannya tentang pentingnya green business yang berdampak sebagai solusi dari masalah sampah plastik.
Menurutnya, sistem persampahan di Indonesia tidak terlalu buruk, namun adanya sampah yang tersumbat menimbulkan masalah baru. “Maka dari itu, kami melihat sudut pandang pelanggan, saat mereka membeli produk yang mahal, dari sana kami hadir dengan perubahan yang dapat memudahkan pelanggan dengan datang ke tempat, refill, dan tidak menghasilkan sampah plastik,” terangnya.
Tidak bisa dipungkiri, green business masih menerapkan profit sebagai tujuannya. Namun, fokus lingkungan tetap menjadi nilai yang diperjuangkan dari penanganan sampah plastik.
Hal itu diungkapkan oleh Laksamana Sakti dari Siklus, khususnya soal pentingnya green business dalam membantu masalah sampah plastik. Menurutnya, green business harus hidup dan memiliki impact terhadap masyarakat umumnya.
“Green business adalah solusi dari masalah masyarakat, sehingga masyarakat mau membayar untuk mendapatkan solusinya,” katanya.
Meskipun tidak lepas dari tujuan profit untuk bertahan dalam jangka panjang, namun, tujuan utama, menurut Laksamana tetap demi menjawab kebutuhan masyarakat.
Salah satu peserta green business lainnya diungkapkan oleh Andre Kuncoroyekti dari Systemiq. Program STOP yang dikelola Andre merupakan program yang sudah aktif sejak tahun 2018 dan berperan untuk menghentikan sampah plastik ke laut dengan mengoptimalkan pengelolaan sampah.
Saat ini, program STOP sudah berjalan di Kabupaten Muncar, Kabupaten Banyuwangi, yang merupakan salah satu wilayah rekomendasi Pemkab Banyuwangi dengan demografi penduduk yang padat namun memiliki cakupan pelayanan sampah sangat rendah.
Pasca kehadiran STOP, layanan sampah di Muncar sudah mencapai 70% penduduk. “Secara khusus kami berfokus di kabupaten, karena kenyataannya, wilayah kabupaten masih memerlukan banyak perhatian,” katanya.
Jika bisnis yang dikembangkan bisa menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan, maka konsep green business akan berkembang dan akan mempengaruhi sektor lainnya. “Green business tidak bisa berdiri sendiri, dukungan masyarakat dan pemahaman masyarakat menjadi penting dalam berlangsungnya green business,” terang Andre.
Di akhir acara, Eksekutif Direktur Greeneration Foundation Vanessa Letizia menutup webinar dengan menebar harapan bahwa ide dan gagasan diperlukan untuk menciptakan kolaborasi sehingga masalah sampah plastik bisa tertangani dengan baik. (Jekson Simanjuntak)