JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM — Koordinator Fossil Free Universitas Indonesia Naifah Uzlah sangat kecewa dengan kebijakan BNI yang masih membiayai energi kotor batu bara. Menurutnya, BNI sebagai bagian yang sentral dalam kehidupan banyak orang, termasuk mahasiswa di UI, seharusnya peduli terhadap masa depan mereka.
“BNI harusnya mempertimbangkan dampak aktivitas bisnisnya terhadap kehidupan dan masa depan kita,” katanya.
Ketika BNI menerapkan keuangan berkelanjutan, Naifah sangat mendukung karena sudah saatnya investasi di industri hijau mendapat perhatian serius sehubungan dengan krisis iklim yang terjadi.
“This is a good first step, tapi sudah waktunya untuk scale up dengan cara berinvestasi ke industri yang lebih hijau,” tegasnya.
Kekecewaan yang sama juga diungkapkan oleh Dwi Tamara dari Climate Rangers Jakarta. Ia mengatakan, kebijakan BNI dalam pembiayaan energi kotor batu bara terbukti memperparah krisis iklim.
Tak hanya itu, bencana alam yang terjadi seharusnya menjadi peringatan bagi manusia untuk berhenti menggunakan energi fosil. “Sayangnya, beberapa perbankan masih melakukan pendanaan bagi industri fosil, contohnya BNI,” ujarnya.
Padahal, Sustainability Report BNI tahun 2020 menjelaskan jika lembaga pembiayaan tersebut sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, dalam laporan lembaga Urgewald yang berbasis di Jerman, BNI terbukti sebagai salah satu dari enam bank di Indonesia yang masih memberikan pinjaman ke proyek energi batubara.
“Maka dari itu, kami meminta BNI menghentikan pendanaan industri batu bara,” tegas Dwi.
Sementara menurut Sisilia Nurmala Dewi, Indonesia Team Leader 350.org, inisiatif Fossil Free Kampus Indonesia tersebut layak mendapatkan dukungan. Apalagi, jelas Sisil, tren pendanaan di dunia mulai menghentikan pendanaan ke energi kotor batu bara.
“Di saat bank-bank di dunia mulai berubah menjadi green banking (bank hijau, bank yang lebih ramah lingkungan, red), bank-bank BUMN di Indonesia, termasuk BNI, justru terus mendanai batu bara, penyebab krisis iklim,” tegasnya.
Sebelumnya, Jumat (26/211), komunitas Fossil Free Universitas Indonesia (FF UI) dan Climate Rangers Jakarta (CRs Jakarta) mengadakan aksi diam di di depan Gedung Grha Bank Nasional Indonesia (BNI). Aksi itu bertujuan untuk mendorong BNI agar berhenti mendanai krisis iklim lewat pembiayaan bagi industri energi fosil.
Petisi Stop Danai Batu Bara #GaPakeNanti
Tidak adanya tindak lanjut dari BNI, komunitas Fossil Free Kampus Indonesia melayangkan petisi ke Direktur Utama BNI untuk segera menghentikan pendanaan ke proyek batu bara. Petisi bertajuk, ‘Dirut BNI: Stop Danai Batu Bara, Alihkan Uang Kami dari Perusak Masa Depan!’ dapat dilihat di https://www.change.org/BNIStopDanaiBatuBara.
Dalam petisinya, mereka menjelaskan jika polusi batu bara berkontribusi terbesar dalam mempercepat krisis iklim. Dampak dari krisis iklim adalah semakin banyaknya bencana alam di Indonesia.
Dari banjir, tanah longsor, kekeringan, dan perubahan cuaca tak menentu. Bahkan menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 7 dari 10 bencana alam di Indonesia terkait dengan krisis iklim!
Para peneliti menjelaskan, jika industri batu bara terus dibiarkan beroperasi, maka dalam waktu kurang lebih 10 tahun berbagai bencana terkait krisis iklim akan semakin sering terjadi dan semakin merusak kehidupan di bumi.
Salah satu yang signifikan dapat menghentikan industri batu bara adalah dengan menghentikan sumber pendanaannya. Disinilah bank-bank di seluruh dunia berperan penting dalam menghentikan industri perusak alam tersebut.
BNI yang bekerja sama dengan 166 kampus di seluruh Indonesia, menjadikan ribuan mahasiswa menjadi nasabah BNI. Artinya secara tidak langsung mahasiswa ikut mendanai industri perusak masa depan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, Fossil Free Universitas Indonesia (FF UI) mendesak Dirut BNI agar menghentikan pendanaan ke industri batu bara sekarang juga, #GaPakeNanti! “Akan lebih baik jika BNI mengalihkan pendanaan mereka ke energi terbarukan,” tulis mereka di petisi tersebut. (Jekson Simanjuntak)