
Ilustrasi banjir yang merendam pemukiman warga. Foto : Antara.
GUNUNGSITOLI, BERITALINGKUNGAN.COM– Subuh yang tenang berubah menjadi kepanikan. Hujan deras yang turun sejak pukul 01.00 hingga 07.00 WIB pada Minggu (16/3) telah menyebabkan Sungai Nou meluap, merendam pemukiman di Kota Gunungsitoli.
Wilayah seperti Kelurahan Pasar, Kelurahan Ilir, Desa Lasara Bahili, dan Desa Mudik kini menghadapi dampak serius. Sekitar 500 kepala keluarga—atau lebih dari 1.500 jiwa—merasakan langsung dampak dari banjir yang merusak 500 unit rumah, fasilitas kesehatan, pendidikan, serta akses jalan.
Hal tersebut disampaikan Abdul Muhari, Ph.D., Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB (17/03/2025).
Dampak dan Respons Cepat
Ketinggian muka air yang mencapai 50 hingga 100 cm membuat banyak warga tak sempat menyelamatkan barang-barang mereka. Namun, berkat respons cepat dari BPBD Kota Gunungsitoli dan dukungan dari berbagai instansi seperti TNI, Polri, Dinas PUTR, Dinas Sosial, hingga relawan masyarakat, upaya pemulihan segera dilakukan. Pembersihan lumpur di ruas jalan, pemotongan pohon tumbang, serta pemulihan fasilitas umum menjadi langkah utama dalam menormalkan kembali kehidupan warga.
Menjelang sore hari, banjir telah berangsur surut. Tidak ada laporan korban jiwa ataupun pengungsian massal. Namun, Abdul Muhari menegaskan bahwa ini belum berakhir. “Kita harus tetap waspada. Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi, dan kita perlu menyiapkan mitigasi yang lebih baik agar kejadian serupa tidak terus berulang,” ujar Muhari.
Alarm bagi Pengelolaan Lingkungan
Gunungsitoli, seperti banyak wilayah lain di Indonesia, menghadapi ancaman yang semakin nyata dari perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Curah hujan tinggi yang tak mampu diserap dengan baik oleh tanah akibat deforestasi dan tata kota yang kurang adaptif memperburuk situasi.
“Kita tidak bisa hanya bereaksi setiap kali bencana datang. Kita harus bergerak ke arah mitigasi berbasis ekosistem, membangun infrastruktur hijau, dan memastikan tata ruang yang lebih ramah lingkungan,” kata Direktur Eksekutif Greenpress, Igg Maha Adi, ketika merespon beberapa rententan bencana melanda beberapa daerah di Indonesia.
Belajar dari Bencana
Menurut Igg Maha Adi, bencana seperti ini harus menjadi momentum untuk perbaikan. Ke depan, strategi mitigasi bencana berbasis alam seperti penghijauan kembali daerah tangkapan air, pembangunan sistem drainase yang lebih baik, dan kesadaran warga terhadap pentingnya ekologi harus menjadi prioritas.
“Gunungsitoli harus belajar dari ini. Kita perlu memperkuat ketahanan lingkungan dan kesadaran kolektif bahwa menjaga alam berarti melindungi kehidupan kita sendiri,” ujarnya (Marwan Aziz).