LUMAJANG, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Antoni, melakukan kunjungan kerja ke Desa Burno, Kabupaten Lumajang, untuk memastikan kontribusi program Perhutanan Sosial terhadap rantai pasok pangan nasional.
Program ini merupakan salah satu kebijakan prioritas pemerintah dalam pemerataan ekonomi, memberikan akses legal kepada masyarakat untuk mengelola kawasan hutan serta meningkatkan kapasitas mereka.
Selama satu dekade terakhir, akses pengelolaan Perhutanan Sosial di Indonesia telah mencapai 8,01 juta hektar, melibatkan 1,38 juta Kepala Keluarga (KK) di seluruh provinsi, kecuali DKI Jakarta. Dari kelompok-kelompok yang telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Persetujuan Pengelolaan, sebanyak 14.671 Unit Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) telah terbentuk dengan 116 komoditas, termasuk hasil hutan kayu dan non-kayu.
Menteri Raja Antoni menekankan pentingnya peningkatan penguatan kelembagaan, pengembangan usaha, dan kewirausahaan untuk mendukung perhutanan sosial. Hal ini sejalan dengan misi pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang berfokus pada visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”.
Selama kunjungan, Raja Antoni melihat langsung penerapan konsep Integrated Area Development (IAD) yang telah berhasil diimplementasikan di Kabupaten Lumajang sebagai pilot project. IAD merupakan langkah untuk mendukung sektor pangan, agroindustri, dan pariwisata yang terintegrasi, dimulai sejak tahun 2021 dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian, pemerintah daerah, sektor swasta, dan akademisi.
Dengan luas area pengembangan mencapai 4.189 hektar, IAD Kabupaten Lumajang berhasil meningkatkan perekonomian daerah dengan omzet total mencapai Rp 17 miliar per tahun dari berbagai unit usaha, termasuk sapi perah, ternak rumput gajah, dan produk olahan seperti keripik dan kopi.
Program Perhutanan Sosial juga berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan melalui penerapan pola agroforestry, yang memungkinkan pemanfaatan optimal kawasan hutan untuk berbagai komoditas. Di Desa Burno, petani menggunakan pola agrosilvopastura dengan menanam rumput gajah sebagai pakan ternak, menghasilkan 1.700 ikat rumput per hari dari lahan seluas 133 hektar. Ternak sapi di desa ini diperkirakan mencapai 804 ekor, dengan 216 ekor sapi yang mampu menghasilkan 5.172 liter susu segar setiap hari.
Selain itu, pengembangan interkoneksi wisata juga dilakukan melalui penataan rest area menuju kawasan wisata Ranu Regulo, dengan pembangunan berbagai sarana prasarana objek wisata, yang didanai melalui dana DAK Pariwisata.
Dengan kolaborasi yang solid antara berbagai pihak, Kabupaten Lumajang menjadi contoh inspiratif bagi daerah lainnya dalam mengembangkan perhutanan sosial sebagai solusi berkelanjutan bagi ketahanan pangan dan perekonomian daerah (Marwan Aziz)