Musim Pancaroba Tak Ramah: Longsor, Banjir, dan Karhutla Terjadi Serentak

Bencana Berita Lingkungan Perubahan Iklim Terkini

Banjir bandang terjang wilayah Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang pada Selasa (13/5) hingga menyebabkan beberapa rumah dan akses akses jalan terdampak serta bangunan tanggul dan bronjong sungai rusak. Foto: BPBD Kabupaten Lumajang

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Memasuki musim pancaroba, bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus mengintai sejumlah wilayah di Indonesia.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D., menyampaikan bahwa bencana hidrometeorologi basah mendominasi kejadian dalam beberapa hari terakhir, dengan wilayah Sulawesi dan Jawa menjadi lokasi paling terdampak.

“Meski kita sedang berada di masa transisi musim, curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem masih bisa terjadi kapan saja. Ini yang memicu bencana-bencana seperti banjir dan longsor,” jelas Abdul Muhari dalam keterangan resminya, Kamis (15/5).

Sulawesi dan Jawa Dikepung Banjir dan Longsor

Di Sulawesi Tengah, hujan deras mengguyur Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, hingga menyebabkan banjir di Desa Kancu pada Rabu dini hari (14/5). Meski air sudah surut, warga masih berjibaku membersihkan sisa material banjir. Sebanyak 15 KK terdampak, namun beruntung tidak ada korban jiwa atau kerusakan besar.

Sementara di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, tanah longsor menerjang tiga desa: Ulusalu, Ulusalu Indah, dan Saloan. Longsor yang terjadi pada Senin (12/5) ini memaksa 31 warga mengungsi dan menyebabkan 14 rumah rusak dengan 7 rumah lainnya masih terancam. “Kami terus pantau kondisi ini, terutama potensi longsor susulan mengingat tanah masih labil,” kata Abdul.

Banjir di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, yang terjadi sejak awal Mei juga masih membutuhkan penanganan serius. Total 317 KK atau lebih dari 1.200 jiwa terdampak dan sebagian masih mengungsi di kantor kelurahan. Tim BPBD masih melakukan pendataan dan distribusi bantuan.

Di Jawa Timur, tragedi terjadi di Desa Teguhan, Ngawi, saat banjir bandang menewaskan satu warga yang sedang memancing. Dua lainnya selamat. Di Lumajang, banjir bandang di Desa Jugosari, Candipuro, masih menyisakan dampak besar. Material pasir dan batu menutup jalan lintas desa, dan ancaman banjir susulan menghantui warga Dusun Kebondeli Selatan akibat kondisi tanggul yang kritis.

Karhutla Kembali Muncul di Tengah Hujan

Tak hanya bencana basah, karhutla pun kembali terjadi di beberapa wilayah. Di Ogan Ilir, Sumatra Selatan, 2,25 hektar lahan terbakar di Desa Parit dan Palem Raya. Sementara di Kalimantan Tengah, karhutla terpantau di Kotawaringin Barat dan Gunung Mas, masing-masing dengan luas sekitar 0,5 hektar.

Meski berhasil dipadamkan, Abdul Muhari mengingatkan bahwa risiko karhutla tetap tinggi. “Jangan lengah hanya karena ada hujan sesekali. Monitor terus titik panas dan laporkan jika ada asap atau api muncul di lahan,” ujarnya.

Waspada dan Adaptif

BNPB mengajak pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap siaga menghadapi dinamika iklim saat ini. Pemantauan cuaca dan potensi bencana harus dilakukan secara berkala, termasuk kesiapsiagaan logistik dan evakuasi.

“Kita tidak bisa memprediksi sepenuhnya kapan bencana akan datang, tapi kita bisa memperkecil dampaknya dengan kesiapan yang baik,” tegas Abdul.

Masyarakat juga diimbau untuk selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG dan BNPB, serta menghindari aktivitas berisiko tinggi di wilayah rawan bencana. “Musim boleh berganti, tapi kewaspadaan tidak boleh ikut berubah,” tutupnya (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *