Ilustrasi titik api. Foto : Google Earth |
PALEMBANGA, BL- Bencana asap yang ditimbulkan akibat karhutla di Sumatera dan Kalimantan masih belum dapat diatasi secara tuntas.
Pantauan Satelit Terra Aqua dari NASA pada Minggu (4-10-2015) tercatat 1.820 titik, yaitu di Sumatera 1.563 titik (Sumsel 1.340, Riau 9, Jambi 131, Babel 22, Lampung 57, Kepri 1), dan di Kalimantan 257 (Kalbar 51, Kalteng 108, Kalsel 71, Kaltim 27).
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari satu bulan hotspot di Sumsel belum juga dapat dipadamkan. Konsentrasi hotspot di Sumsel ini terdapat di perkebunan dan hutan tanaman industri di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Pantauan satelit dari NASA terlihat dengan jelas asap tebal diproduksi dari Kabupaten OKI dan Musi Banyuasin yang terbawa angina kea rah Barat Laut-Utara sehingga menambah kepekatan asap di Jambi dan Riau. Bahkan asap ini menyebar ke wilayah Malaysia pada 4-10-2015. Di Kalimantan asap masih mengepung Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Jarak pandang pendek menyebabkan penerbangan terganggu. Jarak pandang pada 4-10-2015 pukul 17 Wib di Pekanbaru 500 m, Jambi 500 m, Palembang 700 m, Ketapang 800 m, Sintang 400 m, Pontianak 1.000 m, dan Palangkaraya 100 m. Kualitas udara dari ISPU juga menunjukkan level Tidak Sehat hingga Berbahaya. Udara di Pekanbaru 380 ugr/m3 (Berbahaya), Jambi 504 (Berbahaya), Palembang 391 (Berbahaya), Palangkaraya 983 (Berbahaya), Medan 166 (Tidak Sehat), Pontianak (275 (Sangat Tidak Sehat).
Untuk mengatasi hal ini lanjut Sutopo, BNPB mengerahkan 7 helicopter dan pesawat water bombing, serta 1 pesawat Casa hujan buatan di Sumsel. 1.594 personil TNI-Polri dari Jakarta dikirim ke Sumsel untuk memperkuat satgas darat di Sumsel sehingga total 3.694 personil gabungan memadamkan api di darat. Langkanya awan potensial di Sumsel menyebabkan hujan buatan belum optimal. Beberapa helicopter water bombing akan dipindahkan homebase-nya ke OKI dan Muba untuk memudahkan pemadaman. (Marwan)
–>