Ikan berenang di antara Great Barrier Reef di Australia. Dalam 30 tahun terakhir, pemutihan karang yang disebabkan oleh pemanasan laut telah menyebabkan hilangnya 19% wilayah terumbu karang dunia. Foto : Woods Hole Oceanographic Institution.
MASSACHUSETTS, BERITALINGKUNGAN.COM – Penurunan kondisi terumbu karang tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati laut, tetapi juga hasil tangkapan ikan dunia.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Marine Resource Economics oleh Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) menyoroti korelasi antara kelangsungan hidup terumbu karang dengan hasil perikanan.
Penelitian ini menganalisis data dari sembilan jenis perikanan yang bergantung pada ekosistem Great Barrier Reef, Australia, selama periode 2016-2020. Hasilnya menunjukkan bahwa jika restorasi terumbu karang tidak segera menjadi prioritas, maka potensi kerugian besar bagi sektor perikanan tak terelakkan.
Pada 2024, Great Barrier Reef mengalami salah satu peristiwa pemutihan terumbu karang terburuk dalam sejarahnya. Survei udara dari Australian Marine Institute menemukan pemutihan pada 73% wilayah yang disurvei. Pemutihan terjadi karena suhu laut yang meningkat, menyebabkan karang mengusir alga mikroskopis bernama zooxanthellae yang menjadi sumber makanan sekaligus pewarna cerah terumbu. Tanpa alga ini, karang kehilangan warna dan rentan mati. Dalam 30 tahun terakhir, fenomena ini telah mengurangi luas terumbu karang dunia hingga 19%.
“Hilangnya terumbu karang secara cepat memaksa ikan yang tidak bergantung langsung pada karang untuk bermigrasi, sedangkan ikan yang sangat bergantung pada karang akan mengalami penurunan populasi, yang berujung pada penurunan hasil perikanan,” jelas Marine (Yaqin) Liu, ekonom lingkungan WHOI seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman WHOI.edu (20/12/2024).
Studi ini menyoroti dua spesies yang paling rentan, yaitu ikan trout karang dan kakap merah, yang sangat bergantung pada terumbu luar sebagai habitat utama. Penurunan tutupan karang hidup dari 30% menjadi 25% diperkirakan mengurangi hasil tangkapan maksimum trout karang sebesar 8% dan kakap merah hingga 19%. Penurunan lebih drastis, dari 10% menjadi 5%, bahkan dapat mengurangi hasil tangkapan trout karang hingga 27% dan kakap merah hingga 56%.
“Trout karang dan kakap merah merupakan bagian dari industri perikanan Queensland, Australia, yang bernilai hingga $31 juta per tahun. Meski studi ini tidak memberikan proyeksi nilai dolar secara langsung, penurunan hasil perikanan dipastikan berdampak pada ekonomi, termasuk kehilangan pekerjaan dan berkurangnya ekspor,” ungkap Qingran Li, asisten profesor ekonomi di Clarkson University, New York.
Selain mendukung 25% kehidupan laut dunia, terumbu karang juga melindungi masyarakat pesisir dari badai besar dan memberikan kontribusi besar pada sektor pariwisata dan perikanan global.
“Penting untuk mendukung klaim tentang perubahan iklim dengan data konkret. Beberapa perikanan telah menerapkan pendekatan berkelanjutan untuk melindungi terumbu karang, tetapi dampak manusia seperti pemanasan dan pengasaman laut terus menjadi ancaman besar,” tambah Liu.
WHOI melalui Reef Solutions Team terus mengembangkan cara-cara inovatif untuk merestorasi dan memperkuat terumbu karang, dengan harapan menerapkan solusi ini secara global (Marwan Aziz).