Taman Nasional Way Kambas juga dikenal sebagai salah satu tempat latihan gajah-gajah Sumatera. Foto dok. dodihasan.blogspot.com. |
LABUHANRATU, BL- Polisi Kehutanan (Polhut) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) memergoki belasan manusia kerdil saat melakukan patroli di kawasan hutan tersebut.
Manusia kerdil yang sempat dipergoki tersebut, menurut petugas Polhut, berambut gimbal, memegang tombak kayu, tinggi badannya tak lebih dari 50 cm, dan tidak mengenakan penutup tubuh sedikit pun. “Panjang rambutnya ada yang sampai sepinggul,” ujar Humas TNWK Sukatmoko di kantornya kemarin (22/3) seperti dilansir laman lampost.co.
Menurut Sukatmoko, keberadaan manusia kerdil itu diketahui petugas Polhut yang tengah berpatroli di hutan pada Minggu (17-3) lalu, menjelang magrib.
Saat itu sekelompok liliput yang jumlahnya sekitar 15 orang tengah berjalan menyusuri rawa. Rombongan Polhut sempat memantau keberadaan mereka sekitar 5 menit pada jarak pandang sekitar 35 meter.
Ketika petugas hendak mendekat, orang-orang kerdil itu langsung menyelinap ke balik pohon lebat dan segera menghilang. “Orang-orang kerdil itu larinya cepat luar biasa dan loncatannya jauh,” ujar Sukatmoko.
Petugas juga tidak bisa memastikan apa yang sedang dilakukan oleh rombongan manusia langka tersebut karena jaraknya cukup jauh. “Yang jelas, dari belasan orang itu, satu di antaranya tengah menggendong bayinya,” kata Sukatmoko.
Rabu (20/3) lalu, lanjutnya, anggota Polhut TNWK yang sedang berpatroli kembali melihat keberadaan mereka di tempat yang sama, tetapi dari jarak lebih jauh dan lebih singkat waktunya.
Pasang Kamera
Sukatmoko belum bisa memastikan apakah orang kerdil tersebut memang bertempat tinggal di hutan TNWK atau pendatang dari pulau lain. Untuk merekam keberadaan mereka, kini pihak Balai TNWK mengirim sejumlah peralatan elektronik dan kamera yang menggunakan lampu inframerah.
“Dengan alat tersebut, jika manusia kerdil itu keluar pada malam hari, tetap akan terekam. Kami berusaha mengetahui perkumpulan orang kerdil itu melalui kamera tersembunyi,” kata dia.
Menurut Sukatmoko, bila sudah tertangkap gambar dan benar terbukti ada perkampungan orang kerdil, pihaknya segera menginformasikan kepada Menteri Kehutanan, bahkan kepada Presiden, guna meminta petunjuk langkah apa yang akan diambil.
“Jika sudah ditemukan, kami juga berharap pemerintah bisa melindungi perkumpulan manusia langka itu. Anggota kami sudah mengetahui dengan mata secara langsung, tetapi belum bisa mengabadikan dengan kamera karena pada waktu itu tidak ada persiapan kamera,” ujar Sukatmoko.
Kisah manusia kerdil sudah dikenal di sejumlah hutan di Indonesia, di antaranya di wilayah Kerinci Seblat, Sumatera Barat; Liang Bua di Flores; dan di Bone, Sulawesi Selatan. Di Kerinci, mereka dikenal dengan sebutan orang pendek, di Flores sebagai Homo floresiensi, sedangkan di Bone dikenal sebagai Suku Oni. Di Gunung Kerinci, makhluk itu digambarkan memiliki kaki terbalik, telapak kakinya menghadap ke belakang, tetapi dapat bergerak lincah di antara lebatnya hutan.
Meskipun sudah banyak yang mengaku melihatnya, belum ada yang berhasil mengabadikan dengan kamera karena waktu pertemuan yang sangat singkat atau ketiadaan kamera. (Lampost.co).