Aksi aktivis Greenpeace di Sungai Citarum. Foto : Greenpeace. |
BANDUNG, BL-Greenpeace melakukan aksi dengan membentangkan spanduk berukuran 1 x 9 meter bertuliskan “Apa & Siapa Yang Meracuni Citarumku?” di Curug Jompong Sungai Citarum.
Para aktivis juga terlihat ‘berpiknik’ di Curug Jompong sambil menggunakan baju hazmat dengan latar belakang Curug Jompong yang airnya berwarna hitam pekat, berbusa dan berbau menyengat.
Pada bulan Juli 2012 lalu, Greenpeace melakukan pengambilan sample air di Curug Jompong dan Teluk Jambe, Karawang. Pengujian di laboratorium menemukan adanya turunan senyawa Phthalate di kedua lokasi. Phthalate merupakan bahan kimia yang sering digunakan untuk melunakkan PVC (Plastik Polyvinyl Chloride). “Pada industri tekstil, phthalate digunakan pada kulit buatan dan beberapa pewarna. “Turunan dari senyawa ini bersifat toksik (racun) pada sistem reproduksi,” ujar Hilda Meutia, Koordinator Water Patrol Greenpeacee melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com (13/9).
Berdasarkan hasil pengambilan sample periodik yang dilakukan Pusat Studi Ilmu Lingkungan Universitas Padjajaran di dekat Curug Jompong di stasiun penyampelan Nanjung, di tahun 2011-2012, menemukan berbagai kandungan logam berat.
Kandungan tersebut antara lain seperti Hg (air raksa), Cd (Kadmium), Pb (timbal), Seng (Zn) dan tembaga (Cu). Logam berat sejenis Cd, Hg dan Pb dapat terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup (bioakumulatif), bersifat beracun dan berbahaya bagi sistem syaraf dan ginjal. Hg dapat ditemukan pada limbah industri cat, farmasi dan elektronik; Pb dan Cd digunakan pada industri cat dan elektronik; sedangkan Cu dan Zn dapat ditemukan diberbagai limbah industri, termasuk elektroplating dan tekstil.
Hal tersebut sangat disayangkan karena Curug Jompong merupakan situs yang bersejarah dan mempunyai potensi pariwisata. “Curug Jompong itu tempat bobolnya Danau Bandung Purba,” kata T.Bachtiar, Ahli Geologi dan Penulis Buku Bandung Purba. Air danau secara evolutif mengikis batuan yang sangat keras itu.
Batuan itu kini menjadi penahan erosi mudik, sehingga bila batuan ini jadi dihancurkan akan terjadi erosi mudik untuk mencari keseimbangan baru sedalam batuan itu dihancurkan. Erosinya bukan saja sepanjang antara Curug Jompong sampai Dayeuhkolot, tapi sampai ke anak-anak sungainya. “Curug Jompong menjadi pintu masuk lumpur hasil erosi dari lereng-lereng di Cekungan Bandung yang lingkungannya semakin kritis, bahkan ke curug ini pula pencemaran dari Cekungan Bandung mengalir,” lanjut T. Bachtiar.
Greenpeace meminta kepada pemerintah dan industri untuk segera beraksi menghentikan pencemaran limbah beracun dan berbahaya industri.
Pemerintah dan industri diharapkan dapat membuka informasi dengan akses yang mudah bagi masyarakat terkait pengelolaan bahan kimia beracun dan berbahaya industri.
Menurut Ahmad Ashov, Jurukampanye Air Bebas Racun Greenpeace, pihaknya berkampanye untuk menghentikan polusi air oleh industri dengan bahan kimia beracun dan berbahaya, persisten dan mengganggu sistem hormon dengan meminta industri dan pemerintah untuk beraksi memastikan masa depan yang bebas bahan kimia beracun dan berbahaya (toksik). (Marwan Azis).