Juala beli elang, satwa dilindungi di toko online Berniaga.com. Foto : Marwan Azis/Beritalingkungan.com |
JAKARTA, BL-Hewan liar dilindungi masih diperjualbelikan di toko online. Pedagang menganggap operasi penyitaan hanya angin lalu
Tak jauh dari pertigaan Situ Gintung, Ciputat, Tangerang, di sebuah tanah lapang, sebuah bercat putih agak menjorok ke dalam, di sampiang rumah makan dan beberapa rumah lainnya. Rumah tanpa pagar ini terletak di ujung jalan buntu. Di halamannya tumbuh pohon jambu, rambutan dan mengkudu, tempat yang cukup nyaman dan sejuk untuk memelihara binatang.
Di depan rumah seekor burung poksai (Garraulax palliatus) dikurung dalam kandang kayu, dan di dalam kandang besi di bawahnya, tertidur seekor musang pandan ekor putih (Paradoxurus hermaphroditus). Di teras itu pula seekor elang ular bido (Spilornis cheela) bertengger dengan gagah di tiang jemuran. Kakinya dililit besi dan seutas tali tipis mengaitkannya dengan rangka jemuran. Burung ini termasuk dilindungi Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, dan dilarang untuk diperjualbelikan.
Dari kaki sampai jambul hitam di kepalanya, tingginya sekitar 30 centimeter, warna bulunya warna coklat dan hitam, dengan bintik-bintik putih, pada bulu kaki dan sayap. Paruhnya yang bengkok itu tampak kokoh dengan warnah kuning pada pangkalnya. Matanya tajam.Burung itu tampak sehat. Fadli, sebut saja begitu, sang pemilik yang mahasiswa itu, kepada SIEJ mengaku burung itu sudah dipeliharanya sebulan dan sengaja dibiarkannya di dalam rumah, agar tak bisa terbang jauh-jauh. “Burungnya jinak, jadi tidak pernah terbang jauh,” katanya.
Ia menawarkan burung itu seharga Rp650 ribu. “Elang ini dari teman yang punya usaha jual beli hewan langka,” ujarnya. Ia mengaku, temannya punya banyak koleksi binatang langka dari burung hingga reptil, “Kalau mau pesan, tinggal calling saja,” ujarnya. Fadli pun bercerita, bila ia dan beberapa temannya beberapa kali berburu binatang-binatang langka itu sampai ke Cirebon dan Jogjakarta. “Jualnya dari mulut ke mulut antarteman, karena takut juga kalau ketahuan polisi,” katanya. Menjual hewan langka bisa mendatangkan untung sampai 100% “Kemarin saya beli musang Rp300 ribu, jual bisa sampai Rp600ribu,” ucapnya.
Rupanya dagang dari mulut ke mulut tak cukup bagi Fadli cs, sehingga iapun mencoba gerai jual beli online, yaitu www.tokobagus.com. Alasanya karena gerai ini lebih gratis dan masih ramah, “Kalau jual hewan langka di tokobagus.com masih bisa, kalau di Kaskus langsung dihapus sama adminnya,” ujarnya menyebut nama situs lainnya yang sudah melarang jual beli hewan langka dan dilindungi.
Penelusuran SIEJ di gerai online itu berhasil menghubungi seorang pedagang burung langka dan kuskus di Jakarta, tetapi dia tak dapat menjelaskan jenis kuskus yang dimilikinya. Namunn dari deskripsi bulu berwarna kuning tebal yang terdapa dalam foto di situs itu, kemungkinan adalah kuskus beruang (Ailurops ursinus). Jenis ini dikategorikan rentan-vulnerable, oleh organisasi konservasi dunia (IUCN).
Binatang bemuka bulat ini dijual dengan harga Rp 350 ribu, pemilik mengaku mendapatkan juga dari seorang temannya. Membelinya pun para pembeli bisa langsung menyambangi rumah sang pemilik di daerah Ciledug. “Sampai sekarang masih aman-aman saja,” ucapnya.
Belanja di dunia maya memang tiada duanya. Di dunia maya semua hal dijajakan. Termasuk jual beli satwa yang dilindungi. Burung elang ular bido salah satunya. Penelusuran SIEJ di situs tokobagus.com memperlihatkan kemudahan pembeli mencari penjual satwa-satwa langka seperti elang, trenggiling, kuskus dan cendrawasih.
Tinggal menuju kotak pencarian dan mengetik satwa langka apa yang kita inginkan maka berjejerlah foto satwa sekaligus dengan daftar harganya terpajang di depan mata. Seperti elang bido yang harganya cukup murah, tak sampai satu juta rupiah per ekor. “Harga seekor elang bido Rp 600 ribu, harga pasnya Rp550 ribu saja,” ujar seorang penjual elang bido, ketika dihubungi SIEJ lewat pesan singkat, Senin (24/9). Ia menuturkan, menangkap elang bido harus pergi ke hutan, menangkap di sarangnya yang berada di pohon-pohon yang tinggi, karena itulah burung ini jarang di pasaran.
Harga seekor burung elang-alap (Accipiter trivirgatus) jauh lebih mahal, bisa mencapai Rp 4,5 juta. Burung jenis ini tinggal di hutan lebat dan biasa mencari makan di laut. Seorang penjual elang di Solo yang dihubungi via telepon genggamanya mengatakan, para pembeli biasanya memang takut memelihara burung langka karena takut disita. “Gak usah urus-urus perizinan untuk memelihara burung semacam ini, bisa-bisa kalo ngurus nanti burungnya diambil dan langsung disita,”ujarnya lewat pesan singkat. Elang ini, katanya, sudah dipeliharanya tujuh bulan.
Menurut penjual burung-burung langka ini, penyitaan yang sering dilakukan kepada para pemelihara burung langka hanya gertakan semata, “Itu cuma nakut-nakutin kok,”ujarnya, “Banyak teman saya yang menjual hewan-hewan semacam itu, saya saja dapat dari operan teman.” Sayangnya permintaan untuk wawancara dari SIEJ kepada gerai tokobagus.com, tidak ditanggapi. (Bellina Rosselini/Igg Maha Adi).