JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Jumat kemarin berkunjungi kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta.
Kunjungan ini dalam rangka mensinergikan kerja Kementerian LHK dengan BMKG agar semakin memperkuat kerja pengendalian perubahan iklim nasional.
Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, BMKG memiliki kemampuan dalam mengumpulkan dan menganalisis data di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Ini sangat berguna agar kerja pengendalian perubahan iklim nasional menjadi semakin baik.
“Hubungan kerja Kementerian LHK dalam agenda perubahan iklim dengan BMKG secara keseluruhan sebenarnya sangat penting dan strategis. BMKG menjadi bagian utama di dalam proses measuring, reporting and verification (MRV) dan pada gilirannya juga dalam proses pembentukan kebijakan-kebijakan baru. Sinergi ini harus dibangun karena peran BMKG itu salah satunya melayani semua sektor-sektor yang terkait dengan perubahan iklim”, kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
Dalam kunjungannya ke BMKG, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengajak Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, Ketua Dewan Pengarah Pengendalian Perubahan Iklim dan sekaligus penasihat senior Menteri LHK untuk perubahan iklim, Sarwono Kusumaatmadja, serta jajaran Eselon I dan II Kementerian LHK.
Kedatangan Menteri LHK disambut oleh Ketua BMKG, Andi Eka Sakya beserta jajarnya. Menteri LHK diajak berkeliling melihat fasilitas yang dimiliki BMKG dalam mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi dan geofisika.
Mereka juga diajak melihat fasilitas Meteorology Early Warning System (MEWS) fasilitas ini oleh BMKG dibentuk sebagai antisipasi resiko dari perilaku cuaca yang terjadi. Sistem ini mampu memberikan peringatan dini terhadap perilaku cuaca yang signifikan kepada masyarakat.
Termasuk mengujungi fasilitas TEWS (Tsunami Early Warning System) yang dapat memberikan peringatan dini terjadinya tsunami pasca adanya gempa bumi, serta melihat fasilitas CEWS (Climatological Early Warning System) yang merupakan sistem peringatan dini iklim.
Kesemua fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh BMKG ini sangat berguna dalam mendukung upaya pengendalian perubahan iklim dan sistem ini unggul karena bekerja melalui citra satelit, sehingga mempermudah dalam melakukan pengamatan secara visual dan real time.
Dalam diskusi diakhir sesi kunjungan, Kepala BRG, Nazir Foead juga menginginkan kerjasama yang erat dengan BMKG.
“saya melihat peran penting BMKG dalam mendukung kerja restorasi gambut. Terutama dalam pembasahan gambut yang sangat perlu memperhatikan data curah hujan. Contohnya dalam pembangunan sekat kanal gambut yang tata waktunya dalam hal memperhatikan curah hujan tidak boleh salah karena akan mengakibatkan kegagalan dalam menjaga tinggi muka air gambut”, ujarnya.
Sementara itu Ketua Dewan Pengarah Pengendalian Perubahan Iklim, Sarwono Kusumaatamadja menekankan tentang sinergi antar lembaga pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup.
“Hubungan Kementerian LHK dengan lembaga dan badan pemerintah sangat penting karena tugas kementerian LHK yang terkait lingkungan hidup ini merupakan hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Saat ini eranya masyarakat ingin melihat hasil kerja pemerintah pada sesuatu yang berbentuk fakta, oleh karena itu dengan bekerjasama bersama BMKG, maka Kementerian LHK akan dimudahkan mendapatkan data dan informasi yang up to date dan bahkan dapat dilihat secara real time”, jelasnya.
Kunjungannya kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga rombongan Kementerian LHK mendapat jamuan makan buka puasa dari jajaran BMKG. (BL)
–>