WAKATOBI, BERITALINGKUNGAN.COM – Untuk mengenalkan upaya menjaga lingkungan sejak dini, terutama mangrove, selama bulan Februari 2022, Pemerintah Kabupaten Wakatobi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Balai Taman Nasional Wakatobi menggelar sosialisasi dan uji coba buku “Panduan Pendekar Lingkungan, Penjaga Mangrove Wakatobi” di sejumlah SD dan SMP di Kabupaten Wakatobi.
Buku yang untuk pertama kalinya dipublikasikan itu mengupas salah satu kekayaan alam Kabupaten Wakatobi yang harus dilestarikan, yaitu mangrove. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting pada kawasan pesisir. Kawasan hutan mangrove Kabupaten Wakatobi tersebar di lima pulau, yakni Pulau Wangi-wangi, Pulau Kapota, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko dengan total luas 1.914,87 hektare (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, 2017).
Bupati Wakatobi Haliana. (sumber: YKAN) |
Bupati Wakatobi Haliana dalam kata pengantar buku tersebut menyatakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada YKAN yang telah bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Wakatobi dan Dinas Pendidikan Kabupaten Wakatobi untuk menyusun buku tersebut.
“Buku ini dan menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan di Kabupaten Wakatobi. Besar harapan kami semoga isi dan pesan yang terkandung dalam buku ini, selain dapat menambah khazanah tentang ilmu pengetahuan, juga dapat memberikan pesan pelestarian sumber daya alam khususnya mangrove yang ada di wilayah Kabupaten Wakatobi,” jelas Bupati Haliana dalam pengantarnya
Sementara itu, guru SDN Teewali, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi Jasmina menilai buku tersebut sangat bagus, karena mengajak siswa mengenal potensi sumber daya alam yang ada di sekitarnya, sekaligus upaya menjaganya agar tetap lestari.
“Materinya juga sangat mudah dipahami dan dipraktikkan oleh para siswa,” terang Jasmina.
Anak-anak SD sedang membaca buk tentang mangrove di kawasan mangrove. (sumber: YKAN) |
Sementara itu, Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman menegaskan, bahwa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, siswa dapat menganalisa berbagai tantangan yang ada, serta memahami cara mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
“Di wilayah pesisir, masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan oleh ekosistem mangrove,” katanya.
Jika dikelola secara efektif dan berkelanjutan, mangrove dapat menjadi sumber penghidupan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial. “Pada kondisi ini, mengenalkan upaya untuk melestarikan mangrove kepada anak-anak lewat kegiatan pendidikan lingkungan hidup menjadi amat penting,” pungkas Ilman. (Jekson Simanjuntak)