Kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dihuni oleh berpuluh-puluh jenis kelelawar hutan, berbagai jenis satwa langka, dan berbagai jenis tumbuhan langka di dunia. Foto : lampungprov.go.id |
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terancam spesies invasif. Tumbuh 2 sentimeter perhari, kini 8 ribu hektare taman nasional tertutup mantangan.
Kekayaan flora di hutan Indonesia sekarang mulai dihantui spesies tanaman asing yang tumbuh sangat ekspansif atau invasive alien species (IAS). Salah satu kasus IAS memprihatinkan terjadi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung . Tanaman yang menjalar sangat cepat, ternyat bisa bertambah panjang sekitar 1-2 cm tiap hari, dan sudah menutupi lahan Taman Nasional sebanyak delapan ribu hektar dari total luas daratan TNBBS adalah 356.800 hektar . “Jenis yang menginvasi TNBBS adalah mantangan (Merremia peltata),” ujar Direktur Program Kehutanan, Air Tawar, dan Spesies WWF Indonesia, Anwar Purwoto, ketika dihubungi (2/10).
Menurut Anwar, areal TNBBS yang ditumbuhi mantangan ini adalah habitat satwa liar yang dilindungi, “Harimau dan gajah sumatra populasinya sekarang sudah sangat kritis,”ucapnya. Pertumbuhan mantangan menyebabkan pergerakan hewan predator dan mangsanya semakin terbatas karena habitatnya telah didominasi mantangan yang dapat membunuh mereka bila terjerat didalamnya. Mantangan, dia melanjutkan, tumbuh saling bertautan sehingga sangat menghalangi pergerakan satwa.
Tanaman ini akan mengkolonisasi suatu habitat secara besar-besaran. Spesies asing ini adalah spesies yang diintroduksi secara sengaja atau tidak disengaja yang berasal dari luar habitat alaminya.
Pertumbuhan yang tak terkendali ini disebabkan oleh gabungan dari tiga penyebab yaitu, pertama propagul atau tumbuhan asing itu sendiri dengan sarana penyebarannya seperti biji dan stolon (perpanjangan tunas), kedua adalah lingkungan abiotik yang sesuai , dan yang terakhir adalah kondisi biologis yang menunjang pertumbuhannya.
Tumbuhan asing yang tumbuh di hutan Indonesia adalah sisa percobaan yang gagal saat Jaman Belanda ketika menyediakan buah dan sayuran Eropa segar. Menurut presentasi Kementerian Kehutanan, introduksi ini mungkin membawa kontaminan dan saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 2000 tumbuhan asing di Indonesia.
“Gangguan tanaman invasif ini selain mengganggu satwa liar yang dilindungi juga mengganggu pohon-pohon endemik yang tumbuh di TNBBS,” ucap Anwar. Sampai saat ini, ia melanjutkan, belum ada penelitian yang memadai untuk memberantas mantangan ini.
Sementara itu, menurut Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR) Indonesia, Douglas Sheil lewat pesan elektronik menulis, Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk mengatasi spesies tanaman asing ini. “Kekuatan untuk mendidik dan bekerja dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan mengendalikan banyak hama ini layak mendapat perhatian lebih.”
Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur jauh lebih parah. Sekitar 50 persen atau sekitar 7 ribu hektare kawasan itu sudah diinvasi tanaman akasia (Acacia nilotica) sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Kepala Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitas Kementerian Kehutanan Adi Susmianto, mantangan sesungguhnya tidak asing benar karena termasuk tanaman asli di kawasan sekittar TNBBS, namun pertumbuhannya tak terkendali. Sedangkan, akasia di Baluran berasal dari India, yang dahulu diintroduksi sebagai tanaman sekat bakar untuk melokalisir api saat terjadi kebakaran hutan. (Bellina Rosselini/IGG Maha Adi).