Aksi aktivis lingkungan Greenpeace yang menyerukan perlunya kesepakatan penurunan emisi global. Foto : Greenpeace. |
“Presiden Yudhoyono dalam hal ini berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 26 persen dengan kekuatan sendiri, dan 40 persen apabila dengan bantuan negara lain,” ujarnya dalam diskusi di Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), Jakarta, Senin seperti dilansir Antara.
Ia menjelaskan, perubahan iklim ditandai adanya perubahan curah hujan dan pemanasan global.
Hal ini akibat makin menumpuknya gas seperti metana dan CO2 di lapisan atmosfer.
“Indonesia sebagai negara berkembang memiliki andil untuk mengurangi emisi karbon yang semakin meningkat. Untuk itu, upaya mitigasi dan adaptasi terus dilakukan, seperti reboisasi dan efisiensi energi dengan penggunaan energi terbarukan seperti angin, air dan dan matahari” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, negara berkembang diberi bantuan dana sebanyak 30 juta dolar ASuntuk mengurangi emisi, sedangkan negara maju diharapkan menjadi “role model” dalam upaya pengurangan emisi karbon.”Masalah lingkungan seperti ini juga merupakan tanggung jawab kita bersama, mulai dari penentu kebijakan hingga masyarakat dari segala lapisan,” katanya.
Sementara itu, sejumlah petani di beberapa dearah di Indonesia mulai melakukan adaptasi dan mencari alternatif.”Kemarau panjang menyebabkan gagal panen, karena itulah kami mulai berinisiatif untuk mengganti pola tanam yang menyesuaikan kondisi curah hujan dan memilih varietas yang lebih kokoh dan berumur pendek” ujar petani di Godean, Sleman, Di. Yogyakarta, Surono.
Ia juga mencari alternatif selain tanaman padi, yakni usaha ternak bebek yang relatif tak terpengaruh perubahan iklim.”Apabila petani memiliki lahan sawah seluas 1000 meter persegi, ia bisa memanfaatkannya sebagian kecilnya, sekitar 100 meter persegi untuk usaha ternak yang lebih menghasilkan”, katanya.