SUPERMOON Sabtu,19 Maret 2011,pkl 23.15 WIB, foto : Taufiq Des/BL. |
“Gw pasang alarm cuma buat ngilangin penasaran gw doang. Sama supermoon,”itulah status Facebook Irwan Yams yang berharap bisa menyaksikan Supermoon. Irwan Yams hanya satu dari sekian banyak penggiat social media yang berharap bisa melihat langsung fenomena alam yang dikaitkan dengan bencana alam itu.
Fenomena alam ini telah terjadi 18 tahun sekali. Dikatakan supermoon karena purnama terlihat 7 persen lebih besar dari biasanya. Sayangnya penampakan supermoon semalam tak semua warga bumi dapat menyaksikan langsung supermoon, terutama warga Jakarta, karena cuaca tidak mendukung, sebagian wilayah Jakarta semalam di guyur hujan dan ketutup mendung.
Diperkirakan 5 hari kedepan, jarak antara bumi dan bulan hanya sekitar 221.567 mil atau 356.578 kilometer. Fenomena ini disebut ‘lunar perigee’ atau para astrolog menyebutnya ‘supermoon’.
Fenomena Supermoon ini sering kali dikaitkan dengan ancaman sejumlah bencana seperti gelombang pasang, letusan gunung berapi, bahkan gempa bumi. Benarkah supermoon akan membawa bencana bagi bumi? Sebelum dan setelah 2 supermoon terjadi, beberapa kawasan dunia diguncang bencana alam.
Malam Natal 1974, kota negara bagian Darwin, Australia diterjang topan Tracy. Topan dengan kecepatan maksimal 240 kilometer per jam itu mulai terbentuk 21 Desember, menerjang hebat pada malam Natal, 3 hari kemudian dan menghilang 26 Desember 1974. Berikutnya adalah peristiwa tsunami Aceh, Desember 2004. Dua pekan kemudian— atau awal Januari 2005—bumi dihampiri Supermoon.
Namun Thomas Djamaluddin, Astronom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) punya pendapat berbeda. Menurut dia kabar menghebohkan itu tidak ilmiah, Supermoon tidak berarti bencana. Itu hanya posisi reguler. Orbit benda langit memang ada di jarak terdekat (perigee) dan terjauh (apogee). Posisi bulan hanya mendekati bumi dan hanya akan berpengaruh pada efek pasang surut. “Rata-rata maksimal tergantung kondisi pantainya”ujarnya.
Thomas juga mengakui fenomena yang akan terjadi seminggu lagi itu tak biasa. “Istimewanya, kebetulan waktunya dekat dengan bulan purnama,” kata Thomas. Dijelaskan pada 19 Maret, fenomena lunar perigee yang memiliki siklus sekitar 27,3 hari terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang muncul tiap 29 hari.
Pendapat senada juga datang dari astronom lainnya. Pete Wheeler dari International Centre for Radio Astronomy juga membantah anggapan bahwa supermoon bakal membawa bencana. “Tak akan ada gempa bumi atau gunung meletus,” kata Wheeler seperti dimuat News.com.au, Jumat, 4 Maret 2011.
“Kalau memang itu terjadi, itu sudah ditakdirkan”tambahnya. Tapi Wheeler membenarkan, saat itu bumi memang akan mengalami pasang lebih tinggi dan surut lebih rendah dari biasanya. “Tak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujarnya.
Sementara itu, pakar bumi dan planet dari Adelaide University, Dr. Victor Gostin punya pendapat agak berbeda. Dia mengatakan, selama ini prediksi cuaca, gempa, gunung meletus, dan bencana alam lainnya berdasarkan konfigurasi planet tidak pernah akurat sepenuhnya. Namun dimungkinkan ada suatu korelasi antara gempa bumi berskala besar di dekat katulistiwa dan kondisi bulan. “Analoginya seperti pasang surut air laut, pergerakan bumi akibat gravitasi bulan bisa memicu gempa bumi.”tandasnya.
Tentu harapan kita semua, semoga purnama semalam membawa berkah bagi kehidupan di bumi. (Marwan dari berbagai sumber).