David juga menyebut Alliance to End Plastic Waste berada dalam posisi yang unik, ketika mereka mampu membuka nilai sirkularitas dan ekonomi pada plastik yang telah digunakan konsumen.
“Hal itu untuk mendukung berbagai tindakan inovatif di sepanjang rantai nilai, yang melibatkan individu, sektor publik dan swasta,” ujar David Taylor.
Sementara itu, Jacob Duer, Presiden dan CEO Alliance to End Plastic Waste menegaskan Alliance to End Plastic Waste (Alliance) telah menjalankan 55 program dengan total investasi sebesar US$ 400 juta, untuk mengakhiri sampah plastik di lingkungan.
“Laporan ini menjabarkan kolaborasi dan kemitraan yang terkoordinasi secara global di antara 50 anggota dan para pendukung Alliance to End Plastic Waste. Kami telah membuat langkah besar dalam kurun waktu 18 bulan: 14 program di enam negara, dan kontribusi 55 program dari 22 anggota kami,” ungkap Jacob Duer.
Menurut Jacob, Covid-19 tidak hanya berdampak buruk pada kehidupan dan bisnis tahun ini saja, tetapi juga mengancam Sustainable Development Goals dunia yang diharapkan bisa tercapai pada 2030.
“Laporan juga menjadi pengingat bagi semua pemangku kepentingan agar terus fokus menangani sampah plastik dengan cepat dan akurat.” ujar Jacob Duer.
Tak hanya itu, laporan Alliance to End Plastic Waste (Alliance) juga menggarisbawahi berbagai pencapaian yang telah dilakukan selama 18 bulan, sejak organisasi tersebut dibentuk. Laporan mencakup berbagai inisiatif khusus di Indonesia mengenai pengurangan, pengumpulan, pengelolaan, dan pendaurulangan sampah plastik.
Laporan itu juga menyebutkan bagaimana Alliance to End Plastic Waste membangun misi, visi, dan struktur organisasi serta strateginya untuk mempercepat eksekusi rencananya, dan yang terpenting, menjalankan 14 program terkait sampah plastik.
Selain itu, laporan juga mengumumkan tujuan Alliance to End Plastic Waste hingga 2025. Dengan fokus strategis pada pengembangan infrastruktur, inovasi, pembersihan, dan pendidikan serta peran serta aktif, Alliance to End Plastic Waste akan membangun model dan kemitraan yang dapat diinvestasikan dalam lima tahun kedepan.
Sementara khusus di Indonesia, beberapa kegiatan Alliance to End Plastic Waste telah dilakukan, diantaranya:
1. Program STOP (Stop Ocean Plastics) di Kabupaten Jembrana, Bali Barat, untuk layanan pengolahan sampah padat pertama di Kabupaten Jembrana yang akan bermanfaat bagi 150.000 penduduk lokal. Tempat pengolahan sampah padat itu menyediakan sistem daur ulang yang akan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi penduduk lokal. Alliance to End Plastic Waste dan Program STOP akan membuat sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan 20.000 ton sampah per tahun.
Langkah ini mendorong transformasi yang mendasar di setiap tingkatan masyarakat, pemerintah, dan komunitas serta merupakan model yang efektif bagi kemitraan antara publik dengan pemerintah yang dapat diterapkan kembali di masyarakat di mana kebocoran sampah plastik di lingkungan sangatlah tinggi.
2. Program Plastic waste-free cities (PWFC) merupakan program untuk mencari solusi bebas sampah plastik di kota-kota yang memiliki tantangan ekologi dan sosial ekonomi yang paling rentan.
Di Indonesia, Alliance to End Plastic Waste memulai studi kelayakan di 20 – 30 kota di daerah semi perkotaan dan pedesaan bekerja sama dengan SYSTEMIQ dengan tujuan menciptakan sistem pengumpulan dan pemilahan sampah lokal yang mengubah sampah plastik dari lingkungan menjadi material daur ulang lanjutan atau mekanikal.
3. Studi Kelayakan Daur Ulang Lanjutan untuk dua program di Bandung dan Mojokerto, dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi di kota-kota tersebut mendukung investasi infrastruktur berskala besar yang dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan baku petrokimia, termasuk jika akhirnya dapat diolah menjadi bahan bakar atau bahan plastik berkualitas tinggi.
Studi tersebut juga mencakup penilaian berbagai teknologi untuk menangani sampah plastik yang sulit didaur ulang, dan bagaimana teknologi tersebut dapat berintegrasi dengan daur ulang mekanikal dalam sistem pengolahan sampah terintegrasi.
Tujuannya untuk meminimalkan volume sampah plastik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar, dan memaksimalkan nilai yang diperoleh dari bahan daur ulang.
4. Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA) merupakan sebuah jaringan kolaboratif untuk solusi inovatif sistem pengelolaan sampah lokal dan sektor daur ulang di Surabaya. OPPA saat ini menjalankan program Surabaya Waste Community Accelerator bekerja sama dengan 8 inovator lokal untuk mendukung dan meningkatkan pendekatan baru dalam memajukan pengelolaan sampah plastik dan infrastruktur daur ulang.
OPPA juga meluncurkan Surabaya Access Pad, program tiga bulan yang secara eksplisit dirancang membantu usaha global yang menciptakan produk atau layanan inovatif untuk mencegah polusi sampah plastik ke laut di Surabaya.
Contoh pencapaian program Alliance to End Plastic Waste dan para anggotanya yang diuraikan dalam Laporan Perkembangan Tahunan ini menggarisbawahi empat pilar strategis Alliance to End Plastic Waste, yakni:
1.Zero Waste Plastic Cities merupakan visi gabungan dari Alliance to End Plastic Waste dan Grameen Creative Labs, yang didirikan bersama oleh peraih Nobel Perdamaian, Profesor Mohammad Yunus, yang tidak hanya menangani sampah plastik yang bocor ke lingkungan namun juga mengembangkan bisnis sosial berkelanjutan yang meningkatkan mata pencaharian masyarakat di kota-kota seperti Puducherry, India dan Tan An, Vietnam.
2. Mengembangkan perusahaan rintisan yang dapat mempengaruhi rantai nilai plastik. Program itu telah diikuti oleh lebih dari 1.000 perusahaan rintisan dari Silicon Valley dan Paris, sedangkan hub ketiga di Singapura telah memikat masyarakat luas sejak dimulainya program akselerator pada musim panas tahun ini.
Salah satu contohnya, aplikasi Litterati, pemenang program inkubator Alliance to End Plastic Waste serta Plug and Play di Amerika Serikat yang mendorong masyarakat secara individu untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan memberi tanda pada lokasi di mana mereka mengambil/memungut sampah.
3. Anggota seperti TOMRA, spesialis daur ulang plastik dan perusahaan keberlanjutan terkemuka dunia, telah berkomitmen mensponsori eXXpedition Round the World 2019-2021 untuk pendidikan dan peran serta aktif. Proyek itu adalah perjalanan pelayaran yang seluruh anggotanya adalah wanita yang meneliti polusi mikroplastik. Sekitar 300 wanita akan ikut serta dalam 30 pelayaran melintasi empat samudra.
4. Suez, sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang cerdas dan berkelanjutan, dan juga salah satu pendiri Alliance to End Plastics Waste, memberikan kontribusi pengetahuan dan teknologinya untuk mengatasi kebocoran sampah plastik di Thailand dengan membangun pabrik daur ulang plastik, yang merupakan pabrik pertama Suez di luar Eropa. Pabrik itu mampu mengolah 30.000 ton sampah polyethylene yang dikumpulkan secara lokal menjadi bahan daur ulang.
Alliance to End Plastic Waste adalah organisasi nirlaba internasional yang bermitra dengan pemerintah, organisasi masyarakat sipil di bidang pembangunan lingkungan dan ekonomi, dan masyarakat di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan dalam mengakhiri sampah plastik agar tidak mencemari lingkungan. Melalui berbagai program dan kemitraan, mereka berfokus pada solusi di empat bidang inti: infrastruktur, inovasi, pendidikan dan peran serta aktif, serta pembersihan.
Hingga Agusutus 2020, Alliance to End Plastics Waste memiliki hampir 50 perusahaan anggota dan pendukung yang mewakili berbagai perusahaan dan organisasi global yang bergerak di seluruh rantai nilai plastik. (Jekson Simanjuntak)