Ilustrasi kebakaran hutan. Foto : Ist. |
JAMBI, BL- Para aktivis lingkungan di Provinsi Jambi mulai gerah terhadap sikap pengusaha perkebunan kelapa sawit, perusahaan hutan tanaman industri (HTI) dan pemerintah yang terkesan mengabaikan bencana asap, kebakaran hutan dan lahan.
Menyikapi kelambanan pengusaha dan pemerintah mencegah dan menanggulangi bencana asap, kebakaran hutan dan lahan tersebut, beberapa organisasi lingkungan hidup di Jambi pun melakukan aksi protes.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Jambi, Musri Nauli di Jambi, Senin (31/8) menegaskan, pihaknya akan segera menggugat pengusaha perkebunan kelapa sawit dan HTI yang diduga sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan.
Para pengusaha perkebunan dan HTI di Jambi diduga melakukan pembakaran hutan dan lahan, karena pola kebakaran hutan dan lahan di daerah itu sama setiap tahun. Kemudian Walhi Jambi juga turut menggugat pemerintah daerah di Jambi yang dinilai lamban dalam pencegahan dan penanggulangan bencana asap, kebakaran hutan dan lahan.
“Kami masih menyelidiki kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan di areal perusahaan sawit dan HTI di Jambi. Hasil penyelidikan sementara, sebagian kebakaran hutan dan lahan di Jambi disengaja. Karena itu kami akan segera menggugat pengusaha terkait kebakaran hutan dan lahan. Gugatan kami ini sebagai salah satu shock theraphy atau member efek jera agar pengusaha dan pemerintah tidak mengabaikan kebakaran hutan dan lahan,”tegasnya seperti dilansir laman Suara Pembaharuan.
Sementara itu organisasi lingkungan hidup, Komintas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi memaparkan kasus kebakaran hutan dan lahan gambut sebagai salah satu upaya peringatan kepada pengusaha dan pemerintah terkait bencana asap, kebakaran utan dan lahan.
Manager Komunikasi KKI Warsi Jambi, Rudy Syaf mengatakan, luas kebakaran hutan dan lahan gambut di Provinsi Jambi selama Juli – Agustus 2015 mencapai 9.149 hektare (ha). Hutan gambut dan lahan gambut yang terbakar tersebut terdapat di wilayah timur Jambi, yakni Kabupaten Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat dan Muarojambi. Kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut menjadi penyebab utama bencana asap di Jambi tiga bulan terakhir.
Dijelaskan, kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan gambut di Jambi tahun ini mencapai Rp 716 miliar. Angka kerugian tersebut diperoleh dari perhitungan luas dan dampak kebakaran hutan dan lahan gambut. Berdasarkan studi evaluasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan KKI Warsi dan Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan gambut di Jambi antara lain, terbakarnya kebun sawit, lumpuhnya penerbangan dan pelayaran, pencemaran udara, banyaknya korban penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan kerusakan lingkungan.
Rudy Syaf mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Jambi tidak hanya terjadi di lahan gambut, tetapi juga di hutan produksi , hutan lindung dan kebun sawit. Kawasan hutan milik perusahaan hutan tanaman industri (HTI) yang terbakar di Jambi mencapai meliputi 740 ha. Areal HTI yang terbakar tersebut terdapat di konsesi PT WKS dan PT Diera Hutani Lestari.
Kemudian areal perkebunan kelapa sawit skala besar yang terbakar di Jambi mencapai 1.323 ha. Areal perkebunan yang terbakar tersebut milik PT Kaswari Unggul, PT Agro Tumbuh Gemilang Abadi, PT Bumi Andalas, PT Puri Hijau Lestari, PT Era Sakti Wira Forestama, PT Bara Eka Prima dan PT Bina Makmur Bestari.
Dikatakan, luasnya areal kebakaran hutan di Jambi disebabkan lemahnya komitmen pemerintah pusat dan daerah serta pihak terkait dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Pihak pemerintah dan aparat keamanan di tingkat pusat dan daerah kurang tegas menindak para pelaku pembakar hutan dan lahan. Kondisi demikian membuat petani dan pengusaha perkebunan, kehutanan maupun petani tetap leluasa melakukan pembakaran untuk pembukaan maupun pembersihan lahan.
Sementara itu pantauan SP di Kota Jambi, Senin (31/8) pagi, asap kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti kota itu. Tebalnya asap membuat jadwal penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Kota Jambi tetap terganggu. Pesawat tidak bisa mendarat di bandara itu karena jarak pandang pagi hari di bandara itu terbatas hanya 500 meter. Asap tebal juga menyebabkan keberangkatan pesawat di Bandara STS Jambi, Senin (31/8) pagi tertunda sekitar 15 menit.
Masih tebalnya asap yang menyelimuti wilayah Kota Jambi hingga Senin (31/8) membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi memperpanjang libur seluruh sekolah. Sebelumnya Pemkot Jambi meliburkan sekolah hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya sampai Sabtu (29/8). Namun akibat asap masih tebal dan kualitas udara terus memburuk, maka libur seluruh sekolah di Jambi diperpanjang hingga Senin (31/8).
Secara terpisah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arief Munandar mengatakan, dua helikopter pemadam kebakaran hutan dan lahan bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah tiba di Jambi Minggu (29/8).
Kedua helikopter tersebut akan memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Jambi dengan menggunakan water bombing (bom air) Senin (31/8). Sasaran pemadaman kebakaran hutan dan lahan, yaitu di lokasi kebakaran hutan dan lahan gambut di Kabupaten Muarojambi dan Tanjungjabung Timur. (SP)
–>