PALEMBANG, BERITALINGKUNGAN.COM – Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) meluncurkan Program Pengembangan Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Mempromosikan Solusi Iklim Alami melalui kerangka kemitraan Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Sumatera Selatan.
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan mangrove cukup luas, yakni 158.900 hektare (KLHK, 2021) yang merupakan 27,98% dari total luas mangrove di Sumatera (567.900 ribu hektare). Luasan itu mencakup 4,72% dari total kawasan mangrove di Indonesia (3,364 juta hektare).
Oleh sebab itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menekankan perlunya langkah-langkah strategis untuk menjaga keberlanjutannya. “Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap upaya-upaya perlindungan ekosistem mangrove,” katanya.
Untuk menjalankan program-program strategis pengelolaan pesisir terpadu, Herman menyatakan siap bekerja sama dengan para pihak agar program-program yang telah ditetapkan dapat lebih cepat teralisasi.
“Untuk itu, saya menyambut baik hadirnya MERA di Provinsi Sumatera Selatan yang mempunyai wilayah dampingan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),” terangnya.
Hadirnya kemitraan MERA di Provinsi Sumatera Selatan menurut Herman, tidak bisa dilepaskan dari peran Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang didukung oleh mitranya seperti Temasek Foundation dan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
“Saya sangat menghargai inisiasi untuk membantu Pemprov Sumatera Selatan dalam pengembangan pengelolaan pesisir terpadu melalui Program MERA,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Pandji Tjahjanto menegaskan bahwa program restorasi mangrove harus dibarengi dengan perencanaan yang baik.
“Dengan Program MERA diharapkan akan ada perencanaan yang komprehensif terhadap pengelolaan mangrove di Provinsi Sumatera Selatan,” katanya.
Pandji menambahkan, “Kita bisa wujudkan perencanaan itu menjadi satu kegiatan restorasi mangrove yang mempunyai dua manfaat. Selain untuk melestarikan mangrove, juga berkontribusi kepada meningkatnya perekonomian masyarakat.”
Sinergi Pengelolaan Pesisir
Program MERA akan difokuskan di Kabupaten OKI. Kawasan pesisir di wilayah OKI memang dikenal sebagai wilayah yang mengandalkan perikanan dan budidaya tambak sebagai mata pencaharian warga. Namun, di wilayah pesisir tersebut pengembangan tambak yang berlebihan telah menyebabkan degradasi kawasan mangrove.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan Widada Sukrisna mengamini hal itu. Menurutnya, rusaknya kawasan mangrove telah mengurangi kemampuan ekosistem untuk mendukung produksi hasil tambaknya.
“Ekosistem mangrove yang sehat akan mendukung produktivitas perikanan. Dengan hadirnya MERA di Provinsi Sumatera Selatan kami harap dapat membantu memperbaiki ekosistem mangrove yang telah rusak,” katanya.
Selanjutnya, Widada memastikan untuk terus mendukung pelaksanaan program di lapangan, demi terwujudnya ekosistem mangrove yang lestari.
Sementara itu, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi Sulthani Aziz menekankan tentang pentingnya aspek sosial dalam pengelolaan kawasan mangrove.
Menurutnya, aspek sosial merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan pesisir. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian mangrove menjadi faktor sukses upaya restorasi mangrove.
“Tugas kita adalah membangun satu skema pelestarian lingkungan. Pada prosesnya masyarakat harus dilibatkan, sehingga terbangun sebuah sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” ungkapnya.
Kepala Seksi Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK Danang Kuncara Sakti juga menuturkan hal serupa. Salah satu upaya memberi ruang kepada masyarakat, menurut Danang, untuk mengelola hutan pesisir adalah melalui skema perhutanan sosial.
”Perbaikan mangrove yang rusak dapat disinergikan dengan upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia,” paparnya.
Langkahnya melalui peningkatan peran ekosistem mangrove untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, serta pengembangan model pengelolaan mangrove produktif melalui sistem budi daya silvofishery untuk meningkatkan produksi udang, kepiting, ikan sekaligus melestarikan mangrove.
Terkait pola pengelolaan kawasan mangrove, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara Herlina Hartanto berharap aksi kolaboratif berbasis ekosistem dapat terwujud. Termasuk strategi restorasi dan manajemen terpadu menjadi hal penting yang harus diupayakan dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu.
“Upaya untuk melestarikan dan merestorasi mangrove merupakan tanggung jawab kita semua. Semangat ini yang diusung lewat MERA,” ucapnya.
MERA merupakan platform nasional multipihak, yang digagas YKAN untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Program MERA juga mengusung pendekatan solusi berbasis ekosistem yang akan menghasilkan triple-wins.
“Yaitu mengurangi risiko bencana yang efektif dari segi biaya, mendukung konservasi keanekaragaman hayati, serta meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Temasek Foundation dan APP Sinar Mas
Kepedulian terhadap pelestarian ekosistem mangrove telah menjadi perhatian pihak swasta yang tergabung dalam aliansi MERA di Provinsi Sumatera Selatan, seperti Temasek Foundation dan APP Sinar Mas.
Chief Executive Temasek Foundation Liveability Lim Hock Chuan mengatakan perlindungan dan restorasi mangrove merupakan salah satu solusi berbasis alam yang penting untuk mengatasi masalah perubahan iklim.
Hal itu juga dapat berkontribusi kepada perbaikan ekosistem pesisir dan peningkatan mata pencaharian masyarakat. “Bersama para mitra kami, Temasek Foundation berharap program ini dapat menjadi model perlindungan dan restorasi mangrove yang berkelanjutan di Kabupaten OKI dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Head of Landscape Conservation Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Jasmine NP Doloksaribu. Menurutnya, APP Sinar Mas yang bergabung dalam MERA mendukung misi bersama untuk inisiatif konservasi dan restorasi ekosistem mangrove di Indonesia.
“Melalui program restorasi ekosistem pesisir ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk mitigasi perubahan iklim, mengurangi risiko bencana, serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat,” katanya. (Jekson Simanjuntak)