Sonokeling, Kayu Eksotis Bernilai Tinggi yang Terancam Punah

Berita Lingkungan Greenpedia Terkini

Sonokeling (Dalbergia latifolia) adalah salah satu jenis pohon berharga tinggi yang menjadi primadona dalam industri perkayuan. Dengan keindahan serat kayunya yang khas serta ketahanannya terhadap jamur dan serangga, sonokeling banyak diminati oleh pasar domestik maupun internasional.

Kayu ini dikenal dengan berbagai nama seperti Indian Rosewood, East Indian Rosewood, hingga Java Palisander. Di beberapa daerah di Indonesia, pohon ini juga disebut sonobrit atau sonosungu.

Taksonomi dan Ciri Khas Pohon Sonokeling

Sonokeling termasuk dalam keluarga Fabaceae dan memiliki karakteristik sebagai pohon besar yang dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter batang mencapai 2 meter. Pepagannya berwarna abu-abu kecoklatan dengan sedikit pecah membujur halus. Daunnya merupakan jenis majemuk sirip gasal dengan 5-7 anak daun yang tidak simetris. Bunganya kecil berukuran 0,5 cm hingga 1 cm dan tumbuh di ketiak daun. Sedangkan buahnya berbentuk lanset memanjang dengan warna coklat yang berisi 1-4 biji.

Sebaran dan Habitat

Secara alami, sonokeling dapat ditemukan di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada ketinggian hingga 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pohon ini tumbuh di tanah berbatu yang tidak subur dan mengalami musim kering secara berkala. Sonokeling juga dapat dijumpai di India, Sri Lanka, dan beberapa wilayah Asia Selatan lainnya, terutama di daerah dengan curah hujan antara 750 hingga 5000 mm per tahun.

Keunggulan dan Manfaat

Kayu sonokeling memiliki warna gelap dengan paduan urat kayu lurus dan bergelombang yang indah. Keunggulan lainnya adalah kekuatannya yang luar biasa serta ketahanan terhadap serangan jamur dan rayap. Oleh karena itu, kayu ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri, seperti:

  • Mebel dan furniture: Digunakan untuk lantai rumah, perabot mewah, serta dekorasi interior.
  • Peralatan rumah tangga: Sering diolah menjadi piring, sendok, nampan, hingga gagang pisau.
  • Industri otomotif: Dipakai sebagai panel interior dalam mobil mewah seperti Mercedes-Benz.
  • Alat musik: Digunakan dalam pembuatan gitar dan piano karena resonansi suaranya yang baik.
  • Aksesoris premium: Dijadikan bahan jam tangan, pulpen, gagang kacamata, hingga pipa rokok.

Status Kelangkaan dan Upaya Konservasi

Meskipun sonokeling dapat dibudidayakan, pertumbuhannya yang lambat membuat populasinya di alam terus menurun akibat eksploitasi berlebihan. IUCN Red List mencatat pohon ini dalam kategori Vulnerable (rentan terhadap kepunahan) sejak tahun 1998. Oleh karena itu, konservasi dan budidaya berkelanjutan sangat diperlukan agar ketersediaannya tetap terjaga.

Budidaya Sonokeling: Investasi Jangka Panjang

Budidaya sonokeling memerlukan waktu panen yang cukup lama, sekitar 20 hingga 50 tahun untuk mendapatkan kayu berkualitas tinggi. Namun, karena harganya yang terus meningkat, budidaya sonokeling tetap menjadi investasi yang menguntungkan.

Bibit pohon ini dapat diperoleh dari tunas-tunas akar yang muncul setelah penebangan indukan. Pola tanam yang disarankan adalah dengan jarak 2 x 2 meter atau 2 x 3 meter agar pertumbuhannya optimal.

Masa Depan Sonokeling

Untuk menjaga kelestarian sonokeling, penting bagi kita untuk mengelola pemanfaatannya dengan bijak. Upaya seperti penanaman kembali, regulasi ketat terhadap perdagangan kayu ilegal, serta edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya konservasi harus terus digalakkan. Dengan demikian, kayu eksotis ini dapat terus memberikan manfaat ekonomi tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *