Program BIPOSC Dorong Pekebun Swadaya Terapkan Perkebunan Regeneratif di Labuhanbatu
BIPOSC, yang dimulai pada tahun 2021, berfokus pada pengembangan rantai pasok minyak kelapa sawit yang ramah lingkungan dengan mengadopsi teknik agroforestri lokal dan perlindungan ekosistem. Salah satu pendekatan utama yang diterapkan adalah pelatihan kepada pekebun mengenai praktik Best Management Practices (BMP) untuk perkebunan regeneratif. Praktik ini meliputi penggunaan bio-input, penanaman cover crop, pengendalian hama terpadu, serta penggunaan pupuk kompos.
Rob Nicholls, General Manager Project & Program Musim Mas Group, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas pekebun swadaya dalam mengelola lahan secara lebih berkelanjutan. “Kolaborasi kami dengan berbagai pihak diharapkan dapat mendorong terciptanya rantai pasok minyak kelapa sawit yang bebas dari deforestasi dan kaya keanekaragaman hayati,” ujar Nicholls.
Pada fase awal program, sebanyak 1.097 pekebun swadaya telah menerima pelatihan dan menerapkan praktik regeneratif di lahan mereka yang mencakup total area 1.954,41 hektar. Selain itu, 25 fasilitator desa telah dilatih untuk memberikan pendampingan kepada pekebun. Program ini juga berhasil mendirikan tujuh plot demo sebagai lahan percontohan dan fasilitas pelatihan.
Salah satu dampak signifikan yang sudah dirasakan oleh pekebun adalah pembangunan Unit Pengomposan (Composting Unit) dengan kapasitas 100-150 ton per bulan. Unit ini menghasilkan pupuk kompos dengan harga lebih terjangkau, hingga separuh dari harga pasar, dan telah memproduksi 588 ton pupuk kompos pada tahun 2023 dengan keuntungan Rp 421 juta.
Rizki Pandu Permana, Country Director SNV Indonesia, menambahkan bahwa SNV mendukung program ini sebagai bagian dari upaya global mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). “Program BIPOSC sangat berperan dalam menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi pekebun,” jelas Rizki pada tanggal 17 Oktober 2024 lalu.
Dengan pekebun swadaya yang mengelola sekitar 41% area perkebunan kelapa sawit di Indonesia, program BIPOSC menjadi krusial dalam memastikan masa depan industri sawit yang lebih berkelanjutan. Angka ini diproyeksikan akan meningkat hingga 60% pada tahun 2030, menjadikan prakarsa seperti BIPOSC sangat penting untuk mencapai tujuan produksi kelapa sawit yang inklusif dan ramah lingkungan.
Syahrianto, Ketua Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS LB), juga menyampaikan bahwa implementasi unit pengomposan telah memberikan manfaat langsung kepada para pekebun. “Dengan penggunaan pupuk kompos, seluruh anggota APSKS LB kini dapat meningkatkan kesuburan tanah tanpa mengkhawatirkan biaya pupuk yang tinggi,” ungkapnya (Marwan Aziz)