JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Prof. Edvin Aldrian, Peneliti Meteorologi dan Klimatologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai bencana banjir dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4) yang diakibatkan oleh badai Siklon Tropis, merupakan akibat dari perubahan iklim.
“Siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dampak perubahan iklim karena terjadi di area yang tidak semestinya,” ujar Prof. Edvin Aldrian.
Menurut Edvin, siklon tropis seharusnya terjadi di daerah di atas 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan. “Sementara, NTT terletak di garis 8 derajat lintang selatan,” jelas Edvin Aldrian, yang merupakan profesor Riset ke-429 yang dikukuhkan di Indonesia.
Edvin juga menjelaskan bahwa sebagai negara yang terletak di khatulistiwa, Indonesia cenderung tidak dilintasi oleh siklon. Seperti halnya anomali siklon tropis Varney yang terjadi di Batam pada 2001 lalu, kejadian itu nyatanya tidak diikuti oleh bencana lanjutan, karena sifat siklon yang akan menjauh dari daerah tropis.
“Namun, tetap saja kita harus siap siaga terhadap fenomena anomali siklon tropis lainnya, meskipun Indonesia bukan termasuk jalur siklon,” ujar Edvin.
Edvin menambahkan kemunculan siklon tropis Seroja tidak terlepas dari peningkatan suhu di permukaan laut yang lebih hangat, sebagai akibat dari pemanasan global.
“Heat Capacity yaitu kemampuan laut menyerap panas berkurang, sehingga tidak mampu meredam siklon yang sudah di atas ambang batas kapasitas. Di daerah tropis, heat capacity ada di batas 300 celcius,” papar Edvin.
Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, Edvin menyarankan agar kita mengurangi pemanasan Bumi dari hal-hal yang bersumber dari diri mereka sendiri. Misalnya berhemat energi, mulai dari pemakaian transportasi, listrik dan energi lainnya.
“Energi hanya bisa berubah bentuk dan berpindah tempat saja. Maka manusia sebaiknya memakai energi sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan,” pungkasnya.
Selain itu, Edwin menyerukan strategi pemulihan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim yang mengancam seluruh aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Sejauh ini, dampak dari Siklon Tropis Seroja mengakibatkan kerugian material dan non-materil bagi masyarakat setempat. Sedikitnya 128 orang meninggal, 8.424 warga mengungsi dan 2.683 warga terdampak, berdasarkan data BNPB per 5 April 2021, pukul 23.00 WIB. (Jekson Simanjuntak)