Rumah contoh bernama Riksa (Rumah Instan Kuat, Sehat, dan Aman). Rumah berukuran 6×6 meter ini dirancang tahan gempa dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dan satu kamar mandi.
SUKABUMI, BERITALINGKUNGAN.COM – Harapan baru muncul bagi warga Sukabumi yang terdampak banjir dan tanah longsor pada Desember lalu. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., memastikan pembangunan hunian tetap (huntap) berjalan cepat dan sesuai kebutuhan masyarakat.
Dalam kunjungannya ke Desa Wanajaya, Kecamatan Cisolok, Rabu (8/1), Suharyanto meninjau langsung rumah contoh bernama Riksa (Rumah Instan Kuat, Sehat, dan Aman). Rumah berukuran 6×6 meter ini dirancang tahan gempa dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dan satu kamar mandi. Pembangunan Riksa merupakan bagian dari fase rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sebagaimana diatur dalam SK Bupati Sukabumi No. 300.2.1/kep.1009/BPBD/2024.
“Saat ini sudah masuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Kita sudah mulai membangun kembali rumah yang rusak akibat bencana,” ujar Suharyanto di lokasi.
Data sementara mencatat 2.106 rumah rusak akibat banjir dan tanah longsor, dengan rincian 446 rumah rusak berat, 470 rusak sedang, dan 1.190 rusak ringan. Proses verifikasi masih berlangsung untuk memastikan data lebih akurat.
Warga Kembali ke Rumah dengan Bahagia
Dadang, seorang warga Desa Wanajaya, mengungkapkan rasa syukur setelah rumahnya selesai dibangun kembali.
“Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah. Alhamdulillah, sekarang saya sudah bisa pulang ke rumah bersama istri dan anak saya,” katanya penuh haru.
Suharyanto juga membawa perwakilan dari 18 BPBD kabupaten/kota di Indonesia untuk melihat langsung progres pembangunan huntap. Rumah Riksa yang dibangun dengan biaya Rp 60 juta ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah lain dalam menangani dampak bencana.
“Silakan perhatikan rumah ini. Dengan anggaran yang efisien, masyarakat terdampak bisa segera kembali ke rumah mereka dan menikmati hak mereka,” tambah Suharyanto.
Pendekatan Ekologi dan Ekonomi Melalui Penanaman Pohon
Sebagai bagian dari pemulihan, Suharyanto turut melakukan penanaman 13 pohon di pekarangan rumah contoh, terdiri dari pohon durian dan mangga. Pohon-pohon ini memiliki nilai ekologis sebagai pengikat tanah untuk mencegah longsor, sekaligus nilai ekonomi dari hasil buahnya.
“Diharapkan langkah ini juga diadopsi di daerah lain yang memiliki risiko bencana serupa,” jelas Suharyanto.
Setelah meninjau lokasi, Suharyanto memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Pembangunan Hunian Tetap di Pendopo Palabuhanratu. Ia menekankan pentingnya percepatan pendataan rumah rusak agar transisi dari masa darurat ke pemulihan berjalan lancar.
“Pembangunan rumah huntap ini adalah bukti nyata keseriusan pemerintah dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana,” tegasnya.
Turut hadir dalam Rakor tersebut Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Mahmudin, Bupati Sukabumi Marwan Hamami, Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansyah, serta unsur TNI-Polri dan BPBD setempat.
Melalui langkah cepat dan tepat ini, pemerintah bersama masyarakat bahu-membahu membangun kembali kehidupan yang lebih baik. Semangat pemulihan ini menjadi teladan bagi seluruh Indonesia dalam menghadapi bencana alam (Marwan Aziz)