
QUEESLAND, BERITALINGKUNGAN.COM – Di balik ancaman kepunahan yang menghantui koala, secercah harapan muncul dari hutan di utara Brisbane. Para peneliti dari University of Queensland (UQ) dan UMass Chan Medical School menemukan bahwa populasi koala di wilayah ini telah mengembangkan imunitas genetik unik terhadap retrovirus mematikan yang selama ini melemahkan spesies mereka.
Evolusi dalam Waktu Nyata
Retrovirus pada koala telah lama menjadi ancaman besar, karena melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi, termasuk klamidia—penyakit yang telah menghancurkan populasi koala di Queensland dan New South Wales. Lebih parah lagi, virus ini juga dikaitkan dengan kanker limfoma yang banyak merenggut nyawa koala di penangkaran.
Namun, penelitian terbaru yang dipimpin oleh Dr. Michaela Blyton mengungkap bahwa sekitar 30% populasi koala di Sunshine Coast hinterland telah mengaktifkan “saklar genetik” alami yang dapat menekan retrovirus ini.
“Ini adalah adaptasi luar biasa yang menunjukkan bagaimana spesies dapat bertahan dari ancaman penyakit di alam liar,” ujar Profesor Keith Chappell, virologis dari Australian Institute of Bioengineering and Nanotechnology, UQ seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman University of Queensland (19/3/2025)
Jejak Genetik yang Bisa Menyelamatkan Populasi Lain
Tidak semua populasi koala memiliki pertahanan genetik ini. Tim peneliti menemukan bahwa koala di Gold Coast hampir tidak menunjukkan adaptasi serupa. Ini berarti, dengan bantuan penelitian lebih lanjut dan program pembiakan yang terarah, individu koala yang memiliki imunitas genetik ini dapat membantu memperkuat populasi yang lebih rentan.
“Fakta bahwa imunitas ini bisa diwariskan membuka peluang besar bagi program konservasi. Kita bisa menggunakan koala dengan gen ini untuk membantu populasi lain lebih tahan terhadap virus,” jelas Dr. Blyton.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa adaptasi ini sedang menyebar di antara populasi koala utara, meskipun dalam skala waktu evolusi, proses ini membutuhkan beberapa generasi agar menyebar ke seluruh subpopulasi.
Melihat Evolusi dalam Waktu Nyata
Menurut Profesor Chappell, studi ini sangat unik karena memberikan kesempatan langka untuk menyaksikan evolusi terjadi dalam waktu nyata.
“Biasanya, kita hanya bisa mempelajari perubahan genetik yang terjadi jutaan tahun lalu. Tetapi pada koala, kita bisa melihat langsung bagaimana spesies bereaksi terhadap virus dalam hitungan ribuan tahun saja. Ini adalah peluang luar biasa untuk memahami bagaimana hewan menghadapi tantangan genetik secara alami,” katanya.
Kolaborasi trans-Pasifik ini juga melibatkan Profesor William Theurkauf dari University of Massachusetts, yang selama puluhan tahun meneliti bagaimana hewan merespons ‘penyerang genetik’ di masa lalu. Setelah membaca studi dari UQ, ia melihat peluang menarik untuk bekerja sama dalam penelitian ini.
Harapan Baru bagi Konservasi Koala
Para peneliti menekankan bahwa meskipun retrovirus adalah ancaman besar, koala masih menghadapi banyak tantangan lainnya, termasuk hilangnya habitat dan perubahan iklim. Namun, temuan ini dapat menjadi batu loncatan bagi program konservasi yang lebih efektif.
“Dengan pembiakan yang terarah, kita dapat menciptakan populasi koala yang lebih tangguh dan mampu bertahan di lingkungan yang semakin penuh tantangan,” kata Dr. Blyton.
Penelitian ini membuka pintu bagi studi lebih lanjut tentang adaptasi lain yang mungkin berkembang pada koala di seluruh Australia, meskipun kelanjutan proyek ini masih bergantung pada pendanaan di masa depan.
Studi ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Cell, menandai langkah besar dalam upaya menyelamatkan salah satu ikon satwa liar Australia dari kepunahan (Marwan Aziz).