JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Dalam upaya mempercepat pembangunan Forest City di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Badan Standardisasi dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) menggelar Talkshow Inspiratif bertajuk “Sinergitas Penyiapan dan Penerapan Standar untuk Pengembangan Forest City di IKN” pada acara Festival LIKE 2 yang berlangsung di Jakarta Convention Centre, 11 Agustus 2024 lalu.
Acara ini menghadirkan para pakar dari berbagai instansi terkait, termasuk Badan Otorita IKN, Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Balai Penerapan Standar Instrumen LHK Samboja, dan PuSTARHut, yang semuanya berbicara tentang pentingnya sinergi dan standar dalam pembangunan kota berbasis hutan ini.
Kepala BSILHK, Ary Sudijanto, menegaskan bahwa pembangunan Forest City merupakan kebijakan strategis yang sangat relevan dengan sektor LHK. “Perencanaan dan pembangunan IKN harus didukung dengan standar untuk memastikan kota ini dibangun dengan tetap menjaga fungsi hutan dan keanekaragaman hayati,” ujarnya.
Konsep Forest City di IKN akan menjadikan 75% wilayahnya sebagai area hijau dengan hutan tropis yang luas. Untuk mendukung ini, berbagai regulasi telah diterbitkan, termasuk UU No. 3 Tahun 2022 yang telah diperbarui dengan UU No. 21 Tahun 2023, yang mengatur tentang IKN.
Onesimus Patiung, Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana, menekankan tantangan besar yang dihadapi dalam mewujudkan Forest City. “Dalam proses pembangunan, tantangan yang ada memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk BSILHK dalam menyusun standar yang relevan,” paparnya.
Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, Wening Sri Wulandari, menambahkan bahwa standar adalah instrumen penting untuk memastikan pembangunan Forest City berjalan sesuai target. BSILHK telah menyiapkan berbagai standar, termasuk standar bibit Dipterokarpa untuk pengkayaan hutan tropis dan pembuatan bibit untuk landscape perkotaan.
Dalam mendukung percepatan pengembangan Forest City, Direktur Perbenihan Tanaman Hutan, Nurul Iftitah, menjelaskan bahwa sekitar 15 juta bibit per tahun akan diperlukan, dengan fokus pada tanaman cepat tumbuh seperti sengon dan Dipterokarpa sebagai penanaman utama hutan hujan tropis.
Taufiq, Kepala Seksi Pengujian dan Verifikasi Penilaian Kesesuaian BPSILHK Samboja, menambahkan bahwa KHDTK Samboja dapat menjadi sumber benih untuk jenis Dipterokarpa, yang merupakan modal penting untuk menentukan jenis-jenis tanaman yang tepat untuk pembangunan Forest City. (Marwan Aziz)