JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) menyelenggarakan acara penting bertajuk Sosialisasi Hasil COP29 UNFCCC dan Peluncuran Result-Based Contribution-4 (RBC-4).
Acara yang berlangsung di Jakarta ini menyoroti pencapaian Indonesia pada United Nations Climate Change Conference 2024 (COP29) di Baku, Azerbaijan, sekaligus memperkenalkan RBC-4 sebagai langkah konkret pengurangan emisi gas rumah kaca.
Hasil Utama COP29
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, memaparkan berbagai capaian COP29, seperti Baku Climate Unity Pact, yang meningkatkan komitmen pendanaan negara maju untuk aksi iklim hingga USD 300 miliar per tahun pada 2035. Meski masih di bawah kebutuhan pendanaan iklim global sebesar USD 1,3 triliun per tahun, ini merupakan peningkatan signifikan dari komitmen sebelumnya sebesar USD 100 miliar.
Kesepakatan lainnya adalah penguatan Cooperative Mechanism dalam Article 6 of the Paris Agreement, yang memungkinkan perdagangan karbon lebih efektif. Indonesia juga berhasil mendorong pengakuan hubungan laut dan iklim melalui integrasi aksi berbasis laut dalam NDC.
Indonesia menunjukkan komitmennya dengan rencana pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti tenaga bayu, air, geotermal, dan biomassa. Selain itu, Indonesia menargetkan kapasitas Carbon Capture and Storage (CCS) sebesar 500–700 gigaton CO2, serta mengusulkan kredit karbon hingga 577 juta ton CO2e.
Peluncuran RBC-4
Tahap keempat RBC-4 diluncurkan sebagai bagian dari kerja sama Indonesia-Norwegia untuk mendukung REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Indonesia menerima pembayaran sebesar USD 60 juta atas capaian pengurangan emisi tahun 2019–2020, melanjutkan pembayaran sebelumnya yang totalnya mencapai USD 156 juta.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menegaskan komitmen Indonesia terhadap target FOLU Net Sink 2030 dan Net Zero Emissions 2060. “Peluncuran RBC-4 menunjukkan langkah konkret Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global,” ujar Menteri Raja Juli.
Kerja Sama Bilateral Strategis
Di sela COP29, Indonesia menjalin kerja sama strategis seperti Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan Jepang untuk perdagangan karbon, senilai USD 10 miliar, dan kolaborasi dengan World Resources Institute serta Gold Standard. Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam aksi iklim global.
Reforestasi dan Perhutanan Sosial
Program rehabilitasi lahan kritis seluas 12,7 juta hektare juga menjadi prioritas utama. Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui reforestasi besar-besaran untuk meningkatkan penyerapan karbon, sesuai roadmap yang dirancang oleh KLHK.
Melalui langkah nyata ini, Indonesia memperlihatkan dedikasinya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dengan solusi yang inovatif dan berkelanjutan (Marwan Aziz).