BANYUWANGI, BERITALINGKUNGAN.COM — Krisis sampah laut yang tak kunjung usai menjadikan Indonesia sebagai penghasil sampah terbesar kedua di dunia. Indonesia menghasilkan sedikitnya 64 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Bahkan, laut Indonesia menerima 3,2 juta ton sampah plastik yang tak bisa dikelola setiap tahunnya.
Krisis sampah laut terus mengancam keberlanjutan hidup masyarakat maupun lingkungan. Sampah plastik yang tidak bisa dikelola dengan baik dirasakan langsung oleh masyarakat. Bahkan, mikroplastik telah ditemukan dalam konsumsi air mineral dan makanan laut.
Menyadari hal itu, EcoRanger dari Greeneration Foundation bersama Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia dan European Union menghadirkan program Fishing For Litter. Sebuah program untuk mengatasi sampah plastik di laut dengan memberdayakan 60 nelayan Dusun Pancer, Banyuwangi sebagai aktor utama pembawa perubahan.
Proyek itu menginisiasi nelayan untuk mengumpulkan sampah laut di dropping point yang nantinya akan dikelola secara bertanggung jawab oleh EcoRanger di Sentra Kelola Sampah (SEKOLA).
Keterlibatan nelayan menjadi penting karena permasalahan sampah berdampak langsung pada kehidupan mereka. Selain mengurangi sampah laut melalui konsep penangkapan ikan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, keterlibatan nelayan sekaligus untuk pengembangan masyarakat dan kerjasama multipihak.
Fishing For Litter terdiri dari sejumlah kegiatan, seperti: peningkatan kapasitas nelayan, Beach Clean Up, dan peresmian Fishing For Litter. Peningkatan kapasitas nelayan diadakan di Aula Kantor IPPP Dusun Pancer, Banyuwangi pada tanggal 3-7 September 2021.
Perwakilan Waste4Change Muhamad Muharam mengatakan kegiatan itu sebagai ajang pembinaan masyarakat untuk mendalami permasalahan dan merencanakan strategi aksi mengumpulkan sampah laut.
“Ada 60 nelayan lokal yang dibina, nantinya dapat memicu nelayan lain di Dusun Pancer, yang totalnya berjumlah 1.500 orang, untuk melakukan aksi serupa,” kata Muhammad.
Para nelayan juga mendapat pemaparan tentang peran yang mereka jalankan di kegiatan Fishing For Litter. Nelayan diharapkan tak hanya mengumpulkan sampah laut, namun juga berperan membentuk dan mengelola Kelompok Usaha Bersama (KUB).
“Sebagai pengelola KUB, nelayan merencanakan strategi yang tepat untuk mengumpulkan sampah laut dan mengelola anggota agar tetap memiliki kesamaan visi dan misi,” ungkapnya.
Pada kegiatan itu, nelayan berhasil membentuk 6 kelompok KUB sekaligus membuat rancangan rencana aksi pengelolaan sampah plastik. Juga menentukan target, strategi operasional dan keterlibatan masyarakat dalam aksi pengumpulan sampah.
World Clean Up Day
Selain peningkatan kapasitas nelayan, EcoRanger juga mengadakan Beach clean up yang diadakan di Pantai Pulau Merah pada tanggal 4 dan 11 September 2021. Aksi itu dilakukan untuk mengkampanyekan kegiatan peduli sampah laut sekaligus memperingati hari Bersih Sampah Sedunia (World Clean Up Day). Aksi itu diikuti oleh 20 orang. Mereka berhasil mengumpulkan 36,8 Kg sampah di pesisir Pantai Pulau Merah.
Rangkaian kegiatan mendapat respon positif dari Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah. Pada pertemuan itu, Sugirah mengatakan, masyarakat harus bergotong royong untuk menangani sampah, karena hal itu tidak bisa diselesaikan sendiri. Untuk menyelesaikannya, semua warga harus menjaga semangat dan pantang menyerah demi Banyuwangi yang bersih.
“Kami juga akan berupaya menjadikan KUB dari program Fishing For Litter menjadi binaan Dinas Perikanan Banyuwangi” terang Sugirah.
Diresmikannya program Fishing For Litter pada 7 September 2021 di Aula Kantor IPPP Dusun Pancer, Banyuwangi, memberi harapan baru agar aksi peduli kelestarian laut dapat diperluas dengan melibatkan lebih banyak pihak, seperti nelayan. Kegiatan ini sendiri didukung penuh oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Dinas Perikanan Banyuwangi, Camat Pesanggaran, Kepala Desa Sumber Agung, serta Kepala Dusun Pancer. (Jekson Simanjuntak)