JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Pemilik operator wisata gunung berapi di Prancis, Aventure et Volcans, Tanguy De Saint-Cyr bersama Jeannie Curtis, seorang penulis hal-hal berbau teknik asal Selandia Baru mengusung konsep ‘Hari Gunung Berapi Internasional’.
Mereka mengusulkan hari gunung berapi diperingati secara resmi oleh PBB, sekaligus meminta Majelis Umum PBB menghasilkan resolusi terkait ‘Hari Gunung Berapi Internasional’ pada 10 April setiap tahunnya.
Sebelumnya, peringatan 10 April tidak dikenal dalam dunia internasional, namun erupsi besar Tambora pada 10 April 1815 merupakan momen penting yang layak dipertimbangkan, karena merubah banyak hal.
“Ada banyak alasan yang melingkupinya, seperti: erupsi Tambora menghasilkan aliran piroklastik besar dan menimbulkan tsunami yang langsung menewaskan 10.000 penduduk setempat, tanpa sempat menyelamatkan diri,” ujar Tanguy De Saint-Cyr dalam petisi online yang diajukannya ke PBB.
Letusan juga menyemburkan sejumlah besar aerosol ke stratosfer, menyebabkan kabut global yang memantulkan kembali sinar matahari ke angkasa, sehingga mendinginkan planet Bumi hingga setengah derajat celsius.
Akibat peristiwa itu, iklim planet Bumi berubah selama 3 tahun. Juga menyebabkan kelaparan dan gagal panen, serta mengakibatkan 60.000 kematian manusia lainnya secara global, dan mempengaruhi pertanian/ peternakan.
“Erupsi Tambora menjadi peristiwa paling mematikan dalam sejarah umat manusia, dan 10 April seharusnya menjadi waktu di mana warga Bumi perlu merenungkannya,” kata Jeannie Curtis di dalam petisinya.
Ketika Tambora menjadi salah satu gunung berapi dalam sejarah yang berdampak bagi seluruh dunia dan penghuninya, maka peringatan 10 April seharusnya dimaknai sebagai momentum untuk meningkatkan latihan keselamatan di daerah berpenduduk dekat gunung berapi.
“Momentum itu juga digunakan sebagai promosi tentang pentingnya pendidikan bahaya gunung berapi di media, lembaga pendidikan dan masyarakat umum,” ungkap Curtis.
Tanguy De Saint-Cyr dan Jeannie Curtis juga mengingatkan agar semua pemerintah mendukung dan mendanai lembaga pemantau gunung berapi, sekaligus memastikan bahwa semua gunung berapi aktif yang mempengaruhi populasi besar tetap dipantau.
“Kami pertama kali mengusulkan ide ini kepada teman dan kolega melalui media sosial dan kami menerima dukungan besar dari ahli vulkanologi dan pengamat gunung berapi di seluruh dunia,” papar Tanguy De Saint-Cyr.
Selanjutnya, ide tersebut dilakukan sesuai protokol yang benar. Langkah pertama adalah menghubungi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menjawab bahwa prosesnya adalah mendiskusikan hal itu dengan sejumlah negara.
“Selanjutnya, gagasan itu akan dirumuskan dalam bentuk resolusi, untuk kemudian dimajukan ke Majelis Umum agar dipilih oleh semua negara untuk mendapatkan kesepakatan sebagai hari internasional,” kata Curtis.
Menurut Curtis, secara resmi ia telah mengajukan permintaan itu kepada pemerintah Selandia Baru dan juga sedang dalam proses menyelesaikan pengajuan kepada Pemerintah Prancis dan Kosta Rika.
“Sekarang, saya juga meminta bantuan anda untuk membuat pengajuan resmi kepada Pemerintah anda agar dapat disampaikan kepada PBB,” pinta Curtis yang juga berprofesi sebagai pengajar.
Saat ini, mereka membutuhkan sedikitnya 70.000 nama pengisi petisi, dimana satu nama diharapkan mewakili setiap nyawa yang hilang dalam letusan Tambora pada 10 April 1815.
Manfaat Gunung Api
Pada Januari 2018, Tanguy De Saint-Cyr sempat menuliskan keinginannya agar Hari Gunung Berapi Internasional segera terwujud. Pasalnya, ditemukan sedikitnya 10.000 gunung di permukaan bumi, dan dua kali lipatnya berada di bawah laut dan samudera.
“Gunung api telah hadir di lima benua dan dianggap bertanggung jawab atas letusannya yang destruktif, meskipun dalam jangka panjang, gunung berapi sangat murah hati karena memberi kesuburan,” ungkap Tanguy De Saint-Cyr.
Menurut Tanguy De Saint-Cyr, ada 500 juta orang saat ini tinggal dekat dengan gunung berapi di seluruh dunia. Karena itu, setiap negara perlu memahami bahwa gunung api dapat memberi keuntungan dan manfaat lebih besar ketimbang kerugiannya.
“Contohnya, sejak jaman batu, manusia belajar memahat menggunakan batuan vulkanik, seperti obsidian dan menggunakan batu apung sebagai abrasif,” kata Tanguy De Saint-Cyr.
Saat ini, batuan vulkanik telah digunakan sebagai bahan bangunan, sementara abunya menyuburkan tanah dan memperkaya air dengan mineral. Gunung berapi juga menghasilkan sejumlah besar bahan baku alam, seperti belerang, tembaga, besi, hingga batu mulia dan logam seperti berlian, perak dan emas.
Gunung berapi juga merupakan cadangan energi yang sangat besar dan jumlahnya tak terhitung. “Energi panas bumi, misalnya, sebuah mekanisme dari lapisan tanah mampu menghasilkan 100% energi bersih yang lebih dari cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik di planet ini,” ungkap Tanguy De Saint-Cyr.
Terakhir, kegiatan pariwisata juga menemukan bentuknya dengan semakin maraknya kunjungan ke gunung berapi. Kebanyakan tertarik dengan keindahan fenomena letusan dan pemandangan gunung api yang megah.
“Hal itu menghidupkan banyak komunitas yang dulunya tidak pernah terpikirkan, bahwa kini mereka mendapatkan keuntungan dari gunung api,” kata Tanguy De Saint-Cyr.
Akhirnya, jika satu hari nanti kita berhasil merayakan hari gunung berapi internasional, semua itu merupakan hasil kerja sama semua orang. Termasuk ketika manusia menyadari bahwa tanpa gunung berapi, kehidupan tidak mungkin terjadi di planet ini.
Bagi anda yang tertarik untuk mendukung petisi ini, silahkan kunjungi link berikut ini: https://www.thepetitionsite.com/473/756/887/support-a-proposal-to-united-nations-for-an-international-day-of-volcanoes/. (Jekson Simanjuntak)