
Pantauan udara kondisi banjir di Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3). Foto : Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
JAKARTA, BERITALINGKUNGA.COM– Senin malam yang basah membawa mimpi buruk bagi ribuan warga di Bekasi, Jakarta, dan Tangerang Selatan. Hujan deras yang mengguyur sejak pukul 19.30 WIB perlahan-lahan menenggelamkan kota dalam genangan air, meninggalkan jejak kehancuran yang lebih parah dibandingkan banjir lima tahun silam.
Di Bekasi, banjir tak hanya merendam perumahan, tetapi juga jalan-jalan utama dan pusat perbelanjaan.
Bahkan, pemerintah kota menyatakan kondisi “lumpuh total” pada Selasa pagi. Ribuan rumah tenggelam, sementara warga yang terdampak bergegas mencari tempat perlindungan di sekolah, masjid, dan gedung pemerintahan yang masih dapat diakses.
Bertahan di Tengah Kepungan Air
Di Perumahan Pondok Mitra Lestari, Jati Asih, Bekasi, Arif (66) dan istrinya kini hanya bisa bertahan di lantai dua rumah mereka.
Air setinggi dada orang dewasa merendam lantai satu, menenggelamkan televisi, kulkas, dan kendaraan yang sebelumnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. “Semua habis,” keluh Arif melalui sambungan telepon seperti dikutip Beritalingkungan.com dari BBC Indonesia (04/03/2025).
Menurutnya, air mulai naik drastis setelah sahur, menjadi puncak dari hujan tanpa henti yang mengguyur sejak malam sebelumnya. Dengan hanya beberapa barang yang berhasil diselamatkan, Arif dan istrinya kini menanti bantuan, berharap air segera surut dan kehidupan dapat kembali berjalan.
Jakarta dan Tangsel Ikut Terdampak
Di Jakarta, berdasarkan data yang dihimpun Beritalingkungan.com dari BNPB, sedikitnya 77 RT terdampak banjir, memaksa warga mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Sementara di Tangerang Selatan, ribuan rumah terendam, memicu upaya evakuasi massal oleh tim penyelamat.
Di tengah situasi yang memburuk, para relawan dan petugas SAR bekerja tanpa henti, mengevakuasi warga yang terjebak di rumah-rumah mereka. Perahu karet menjadi alat utama dalam penyelamatan, mengarungi lorong-lorong perumahan yang kini menyerupai kanal-kanal di Venesia, namun dengan wajah yang muram.
Siklus yang Terulang, Pelajaran yang Belum Dipetik
Dalam catatan Greenpress, bencana ini bukanlah kejutan tapi banjir tahunan di wilayah Jabodetabek telah siklus dan menjadi bagian dari kehidupan. “Tetapi pertanyaannya tetap sama, apakah kita telah belajar dari masa lalu? Urbanisasi yang pesat, alih fungsi lahan, serta sistem drainase yang tak mampu menampung curah hujan ekstrem menjadi faktor utama yang terus berulang dalam narasi bencana ini,”ujar Direktur Eksekutif Greenpress Indonesia, Igg Maha Adi ketika merespon kejadian bencana banjir yang merendam sejumlah wilayah di Jabodetabek (04/03/2025).
Adi menyampaikan ketika genangan masih membekap kota dan kehidupan warga terhenti, saatnya meninjau kembali cara kita membangun kota, menata ruang hijau, dan memperbaiki sistem pengelolaan air. “Karena jika tidak, Bekasi, Jakarta, dan kota-kota lain hanya akan terus terperangkap dalam siklus bencana yang berulang—tahun demi tahun, hujan demi hujan,”imbuhnya.
Alumnus Pasca Sarjana Program Lingkungan Universitas Indonesia ini menegaskan, peristiwa ini merupakan alarm keras bagi kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan di kawasan perkotaan.
“Banjir yang merendam ribuan rumah dan infrastruktur di Bekasi, Jakarta, dan Tangerang Selatan bukan hanya akibat cuaca ekstrem, tetapi juga bukti bahwa ekosistem perkotaan kita semakin tidak mampu menahan tekanan lingkungan. Urbanisasi yang masif, pengalihan fungsi lahan hijau, serta sistem drainase yang usang memperparah kondisi ini. Kita tidak bisa terus-menerus menganggap ini sebagai bencana alam belaka tanpa melihat faktor-faktor yang memperburuk dampaknya,” ujar Igg Maha Adi.
Greenpress Tawarkan Tiga Solusi
Menurutnya, solusi jangka panjang untuk mengurangi risiko banjir harus berorientasi pada restorasi ekologi dan kebijakan pembangunan yang lebih ramah lingkungan. Greenpress menawarkan tiga langkah strategis:
Pertama, rehabilitasi Kawasan Resapan Air, Pemerintah daerah perlu meninjau kembali kebijakan alih fungsi lahan dan melakukan restorasi kawasan resapan air, seperti hutan kota, danau, serta ruang terbuka hijau yang semakin tergerus oleh pembangunan betonisasi.
Kedua, revitalisasi Drainase dan Pengelolaan Air Hujan, dengan Teknologi drainase berbasis natural water retention harus diterapkan, seperti kolam retensi, sumur resapan, dan infrastruktur hijau yang mampu mengendalikan aliran air hujan sebelum mencapai permukiman warga.
Dan ketiga, pemberdayaan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana. Warga harus dilibatkan dalam skema mitigasi banjir berbasis komunitas, termasuk edukasi tentang pentingnya konservasi lingkungan dan sistem peringatan dini yang lebih efektif.
“Kita tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan reaktif setiap kali banjir datang. Saatnya bergerak dengan kebijakan berbasis solusi jangka panjang agar kota-kota kita lebih tahan terhadap perubahan iklim,” tandasnya.
Situasi Terkini Banjir Jabodetabek
Hujan intensitas tinggi yang melanda sejumlah wilayah pada Senin (3/3) menyebabkan banjir di Kota Jakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kabupaten Tangerang.
BPBD DKI Jakarta melaporkan banjir melanda dua area kota administrasi yakni Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dengan tinggi muka air mencapai 300 sentimeter. BPBD mencatat sebanyak 323 unit rumah dan 1.027 jiwa terdampak kejadian ini.
BNPB yang diwakili oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Lukmansyah telah menyerahkan bantuan logistik berupa 200 lembar matras, 100 lembar terpal, 200 paket sembako, 100 paket makanan siap saji, dan seperangkat hygiene kit. Berdasarkan pemantauan visual di lapangan, banjir belum surut di beberapa kelurahan terdampak.
Beralih ke wilayah lainnya, BPBD Kabupaten Bogor melaporkan bahwa hari ini (4/3), pihaknya dan masyarakat setempat membersihkan material lumpur pascabanjir. Sebanyak 346 warga masih bertahan di lokasi pengungsian di Majlis Talim Miftahul Ghina Al Idris dan rumah RT 03/01.
Tercatat sebanyak 204 unit rumah terdampak, 24 unit rumah rusak ringan, satu unit rumah rusak sedang, 16 unit rumah rusak berat, satu unit jembatan putus, dan satu unit fasilitas pendidikan terdampak.
Sebelumnya pada Senin (3/3), Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M telah meninjau langsung ke Kecamatan Cisarua dan memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak. Suharyanto menegaskan bahwa pemerintah pusat melalui BNPB memastikan keselamatan masyarakat menjadi hal yang utama dan mempersiapkan rencana relokasi tempat tinggal yang lebih aman.
Selanjutnya, BPBD Kabupaten Tangerang melaporkan sebanyak 350 unit rumah terdampak banjir di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Banjir terjadi karena meluapnya Sungai Cimanceuri yang dipicu oleh hujan lebat pada Minggu (2/3).
BPBD Kabupaten Tangerang melakukan pendataan dan evakuasi warga terdampak. Berdasarkan laporan per Selasa (4/3), banjir berangsur surut.
Kemudian di Kabupaten dan Kota Bekasi, BPBD melaporkan bahwa pihaknya tengah mengerahkan sejumlah perahu karet untuk evakuasi warga terdampak ke lokasi yang aman. Sebanyak 140 unit rumah di Kota Bekasi dan 15 unit rumah di Kabupaten Bekasi terendam banjir dengan tinggi muka air sekitar 150 sampai 200 sentimeter.
Kepala BNPB menegaskan bahwa kebutuhan dasar korban terdampak akan dipenuhi.
“Khususnya pada masa puasa saat ini, kami fokus untuk memenuhi kebutuhan pangan pada waktu sahur dan berbuka,” ujar Suharyanto pada Konferensi Pers Penanganan Banjir di Wilayah Jabodetabek, Selasa (4/3).
Ia menyatakan bahwa BNPB akan terus mendampingi pemerintah daerah dalam situasi tanggap darurat hingga pemulihan dan memastikan segala kebutuhan di lapangan terpenuhi dengan baik.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi banjir susulan dan peningkatan debit air yang sewaktu-waktu dapat terjadi mengingat prakiraan cuaca pada Selasa (4/3) hingga Kamis (6/3) terpantau sebagian besar wilayah Indonesia khususnya Jabodetabek masih berpotensi dilanda hujan ringan hingga sedang.
Seiring dengan perkembangan bencana di berbagai daerah, BNPB mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan. Informasi terkini dan peringatan dini akan terus disampaikan melalui saluran resmi untuk memastikan keselamatan warga yang terdampak. Pemulihan dan upaya tanggap darurat akan terus dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dan mempercepat proses pemulihan (Marwan Aziz).