PALU, BERITALINGKUNGAN.COM – Aliansi Peduli Laut Morowali menolak rencana pembuangan tailing nikel ke laut dalam (deep sea tailing placement) yang akan menambah laju perusakan ruang hidup masyarakat pesisir dan pulau – pulau kecil di sekitar Morowali, Sulawesi Tengah.
“Menurut catatan kami, industri ekstraktif pertambangan sebagai penyumbang kerusakan diwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah”, ujar Mohammad Taufik yang menjadi koordinator aksi.
Menurut Taufik, rencana deep sea tailing placement atau pembuangan tailing di laut sedang di mohonkan oleh 2 perusahaan, yakni PT. QMB New Energi Material, dan PT. Huayuei Nickel Cobalt.
“Lokasi pembuangan tailing oleh beberapa perusahaan tambang sedang menunggu izin untuk di tanda tangani pemerintah daerah”, ujarnya.
Saat ini, izin pemanfaatan ruang laut untuk membuang tailing belum diatur di dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil, sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2017 Tentang RZ WP3K Provinsi Sulawesi tengah.
“Zonasi merupakan dasar pengambilan keputusan dalam setiap pemanfaatan wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil di Sulawesi Tengah”, kata Taufik.
Atas dasar itu, Taufik yang mewakili Aliansi Peduli Laut Morowali mendesak Gubernur Sulawesi Tengah untuk menolak izin apapun terkait pembuangan tailing ke laut yang diajukan oleh 2 Perusahaan tersebut.
“Kami meminta gubernur untuk tidak mengeluarkan izin tersebut,” kata Taufik
Perairan morowali merupakan bagian dari Coral Triangle, yakni kawasan perairan di barat samudara pasifik, termasuk indonesia, yang mengandung keragaman spesies sangat tinggi (hampir 600 spesies terumbu karang) dan menjadi penopang biota laut disekitarnya.
“Ekosistem sekaya ini menjadi habitat bagi banyak biota luat termasuk ikan yang ditangkap oleh nelayan”, papar Taufik.
Ketika logam berbahaya masuk ke lautan, maka akan terakumulasi dalam tubuh biota laut, tak terkecuali ikan tangkapan nelayan dan yang kemudian akan terakumulasi (Bioakumulasi).
“Alhasil tailing akan berujung di meja makan, mengancam kesehatan dan perekonomian masyarakat pesisir”, kata Taufik
Taufik juga menjelaskan, terumbu karang berperan besar dalam menyerap karbon dioksida di atmosfir yang akan berdampak pada keseimbangan iklim lewat emisi gas karbon.
“Praktik pembuangan tailing ke laut akan membuat keberlangsungan ekosistem laut berada di ujung tanduk”, pungkasnya. (Jekson Simanjuntak)