Pelangsi. Foto : IAR. |
KETAPANG, BL- Malang benar nasib Pelangsi, orangutan Kalimatan ini, terpaksa harus merelakan tangan kanannya diamputasi, setelah menderita luka akibat jeratan perangkat babi yang dipasang warga beberapa waktu lalu.
Operasi amputasi terpaksa dilakukan karena lukanya cukup parah dan sudah terjadi nekrosis atau matinya jaringan dan septicemia sehingga lengan kanannya tersebut harus diamputasi.
Proses operasi amputasi dilaksanakan pada tanggal 3 Mei lalu, tim medis dari Yayasan IAR Indonesia (YIARI) yang dipimpin oleh drh. Adi Irawan. Operasi sendiri bertempat di Pusat Konservasi dan Rehabilitasi Orangutan Ketapang yang dikelola YIARI.
Operasi yang memakan waktu lebih dari 5 jam ini dibimbing oleh drh. Paolo Martelli, Kepala dokter hewan di Ocean Park Hongkong dan berlangsung tanpa kendala. Dua hari pasca operasi adalah saat yang cukup kritis namun dengan perkembangan kondisi Pelangsi yang baik operasinya dapat dinyatakan sukses.
Drh. Adi Irawan yang juga Manajer Administrasi IARI Ketapang kepada Beritalingkungan.net mengungkapkan, operasi Pelangsi dilaksanakan Kamis lalu berjalan lancar, bahkan pasca operasi Plangsi sudah langsung bisa makan dan kini mulai aktif bergerak. “Jadi kesehatan pelangsi kini terus membaik,”tambahnya.
Pelangsi adalah orangutan yang diselamatkan oleh Tim Rescue dari Yayasan IAR pada bulan April 2012 lalu. Pelangsi terjerat perangkap yang dipasang warga untuk menjerat babi hutan. Karena jeratan itulah tangan kanan Pelangsi ‘mati’ sehingga harus diamputasi.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1994 tentang perburuan satwa buru, penggunaan jerat atau perangkap dan lubang perangkap adalah illegal. Meskipun begitu masih banyak warga yang memasang jerat. Hal tersebut beresiko menjerat satwa dilindungi bahkan mungkin manusia.
Selama dua tahun terakhir, sudah lebih dari 50 orangutan telah direscue oleh pusat rehabilitasi IAR Indonesia,Ketapang bersama BKSDA Kalimantan Barat. Akibat perusakan hutan dan pembukaan perkebunan sawit di Ketapang, banyak orangutan seperti Pelangsi yang menjadi korban. Habitat orangutan semakin berkurang dan upaya untuk menyelamatkan dan merehabilitasi orangutan menjadi semakin sulit.
Saat ini, Tim IAR Indonesia di Ketapang bersama LSM lokal lain seperti Yayasan Palung dan FFI Indonesian Programme berencana melakukan survey pre-release untuk mencari area pelepasliaran orangutan Pelangsi. Tujuannya adalah Pelangsi dapat kembali ke hutan. Untuk menunjang kegiatan tersebut Yayasan IAR Indonesia juga berencana melakukan penyadartahuan dan edukasi di area pelapasaliaran Pelangsi. (Marwan Azis).