BAKU, BERITALINGKUNGAN.COM – Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya untuk melanjutkan aksi-aksi iklim ambisius di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-29 (COP29) yang digelar di Baku, Azerbaijan.
Hal tersebut disampaikan Hashim S. Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden RI sekaligus Ketua Delegasi RI, menyampaikan pesan Presiden pada World Leaders Climate Action Summit, Selasa (12/11/2024).
Dalam pidatonya, Hashim menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 8% per tahun dengan memastikan pembangunan hijau, tangguh, dan inklusif. Indonesia juga menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca menuju nol pada tahun 2060 atau lebih cepat, termasuk penghindaran 1 miliar ton emisi karbon dioksida.
Transformasi Energi dan Pengembangan Infrastruktur Hijau
Hashim menyampaikan langkah konkret Indonesia, termasuk:
- Peralihan energi terbarukan: Menambahkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 75% dari energi baru terbarukan.
- Pembangunan jaringan pintar: Membangun 70.000 kilometer jalur transmisi pintar untuk mendistribusikan listrik ke seluruh wilayah utama Indonesia.
- Pengembangan tenaga angin dan surya: Menambah 42 gigawatt kapasitas energi bersih dengan total mencapai 75 gigawatt.
“Energi bersih akan mempercepat pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, memastikan ketahanan pangan, dan mengentaskan kemiskinan dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelas Hashim.
Pelestarian Hutan dan Ekonomi Biru
Indonesia juga akan menghijaukan kembali lebih dari 12 juta hektar hutan terdegradasi, merevitalisasi lahan untuk meningkatkan produksi pangan, dan melindungi lautan untuk menciptakan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Hashim menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal demi ketahanan iklim dan penciptaan lapangan kerja ramah lingkungan.
Indonesia memerlukan tiga pilar utama untuk mendukung transformasi ini:
- Kerangka kebijakan ekonomi hijau komprehensif.
- Investasi besar-besaran senilai $235 miliar.
- Kolaborasi internasional di bidang teknologi, keuangan, dan investasi.
Hashim mengungkapkan, akuifer garam Indonesia memiliki kapasitas penangkapan karbon hingga 500 gigaton, menarik perhatian perusahaan multinasional untuk investasi besar dalam proyek ini.
Pasar Karbon dan Masa Depan Generasi Mendatang
Untuk mendukung aksi iklim, Indonesia juga akan mengoptimalkan 557 juta ton kredit karbon terverifikasi, sebagai langkah awal dalam mengembangkan pasar karbon yang kuat.
“Kita harus bekerja sama untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” pungkas Hashim.
Turut mendampingi Hashim dalam pertemuan ini adalah Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (Marwan Aziz)