Rahma, murid SMK di Kota Depok mempraktikkan cara merakit alat peringatan dini banjir. Foto : Plant Indonesia.
DEPOK, BERITALINGKUNGAN.COM- Selama tiga tahun terakhir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa banjir adalah bencana yang paling sering terjadi di Indonesia.
Pada 2022 saja, terdapat 1.524 (43%) kejadian banjir. Konsistensi kejadian banjir serta potensi kerugian yang mengintai menunjukkan perlu adanya upaya untuk mengurangi risiko bencana banjir. Salah satu inovasi dan upaya dalam mengurangi risiko kejadian banjir yaitu menggunakan alat peringatan dini banjir.
Oleh karena itu, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program Urban Nexus memperkenalkan alat peringatan dini banjir. Pengenalan ini dilakukan melalui workshop yang diikuti oleh pemerintah kota dan perwakilan kelurahan-kelurahan yang memiliki risiko tinggi banjir di Kota Depok pada Jumat (24/03/2023)
Manajer Proyek Urban Nexus Plan Indonesia, Maulinna Utaminingsih, menyebut alat ini merupakan pengembangan dari alat peringatan dini banjir yang sebelumnya diinisiasi kaum muda di Jakarta melalui program Urban Nexus fase 1. Pengembangannya dilakukan dengan Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia (YRKI) dan bekerjasama dengan tim Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) – BPPT LIPI, yang sekarang menjadi BPPT-BRIN.
“Selain memperkenalkan alat, melalui kegiatan ini harapannya ada pemahaman bersama mengenai potensi risiko terjadinya banjir di wilayah Kota Depok. Kami juga mendorong agar alat ini dapat direplikasi dan dikembangkan lagi dengan SMK Infomatika Utama Kota Depok. Saat ini, untuk proses pembuatan dan pemasangan alat ini juga melibatkan kaum muda di wilayah Kelurahan Cipayung dan Ratu Jaya,” ungkap Maulin dalam Workshop Pengenalan Alat Peringatan Dini Banjir di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (24/3).
Alat peringatan banjir (flood early warning tools) merupakan bagian dari suatu sistem peringatan dini. Pengembangan alat peringatan banjir terutama di komunitas perlu memperhatikan inklusifitas masyarakat seperti kemampuan untuk mengelola, menjaga serta partisipasi setiap elemen termasuk kelompok rentan seperti anak, kaum muda dan disabilitas. Sehingga keberadaan alat ini dapat memberikan kebermanfaatan secara maksimal pada masyarakat setempat.
Kepala Bappeda Kota Depok Dadang Wihana mengapresiasi hadirnya alat peringatan dini banjir yang diinisiasi kaum muda dampingan Plan Indonesia. Ia menyadari beberapa wilayah di Kota Depok berpotensi rawan bencana berupa banjir sehingga dibutuhkan alat peringatan dini banjir.
“Alat mitigasi bencana hasil kaum muda yang akan direplikasi ini mudah-mudahan bisa menjadi kontribusi untuk ancang-ancang ketika terjadi bencana, utamanya mulai dari hulu sebelum kejadian. Selain menghadirkan alat ini, kaum muda juga perlu diedukasi untuk menangani banjir seperti menghindari penggunaan plastik sehingga masalah sampah bisa teratasi,” kata Dadang.
Dalam workshop ini turut mengundang perwakilan kaum muda dari Klender, Jakarta Timur. Mereka menyampaikan pengalamannya terlibat dalam proses pengembangan alat peringatan banjir. Hadir pula sejumlah narasumber yakni Doddy Sadikin selaku Kasie Operasi & Pemeliharaan SDA Dinas PUPR Kota Depok dan Nadelia, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Damkar Kota Depok yang menyampaikan sebaran titik potensi banjir, dan tantangan penanggulangan banjir di Kota Depok, serta Perdinan, pakar risiko iklim dari IPB yang menyampaikan urgensi dan perkembangan alat peringatan banjir berbasis komunitas (Marwan)