JAKARTA, BL- Munculnya berbagai persoalan lingkungan di Jakarta seperti banjir tahunan, mendorong aktivis Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI menggalakan biopori di sejumlah sekolah di Jakarta
Menurut salah satu aktivis KOPHI, Sri Rizki Kesuma, gerakan tersebut dilatar belakangi oleh kondisi ibukota Jakarta yang tiap tahun selalu menjadi langganan banjir. Banjir 17 Januari lalu, membuat 40.000 warga terpaksa mengungsi. Sebaliknya ketika musim kemarau tiba, banyak wilayah yang kekurangan air akibat keringnya air tanah. Keadaan yang berbanding terbalik ini bukan tanpa penyebab.
Fenomena banjir dan kelangkaan air tanah telah menjadi momok bagi warga Jakarta. “Salah satu solusi untuk mengurangi hal tersebut sekaligus untuk menambah cadangan air tanah adalah dengan pembuatan sumur resapan dan biopori,”kata Sri Rizki Kesuma melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com. “Diantara keduanya, lubang resapan biopori merupakan metode yang paling banyak digunakan karena proses pembuatannya yang mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja,”tambahnya.
Meski pembuatannya terkenal mudah lanjut Sri, tidak banyak warga kota yang membutuhkan mengetahui dengan pasti bagaimana cara pembuatannya. Padahal, kemampuan pembuatan lubang tersebut jika dikuasai dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dapat meningkatkan kesuburan dan respirasi tanah secara signifikan. “Inilah yang mendorong Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Pusat bergerak ke sekolah-sekolah di sekitaran wilayah Jakarta untuk menyelenggarakan program BioSafari, yakni pelatihan pembuatan lubang Biopori bagi siswa-siswi Jakarta,”jelasnya.
Program baru KOPHI tersebut telah diselenggarakan pertama kali di lapangan sekolah SMA Regina Pacis Jakarta pada Sabtu, 23 Maret 2013 dengan bekerja sama dengan anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Recis.
Inisiatif KOPHI tersebut disambut baik oleh pihak sekolah terutama Pembina KIR SMA Regina Pacis. Menurut Pembina KIR SMA Regina Pacis, Heri, eduka biopori pada lingkungan sekolah sangat penting karena dapat menularkan pengetahuan tentang biopori itu sendiri sehingga dapat dilakukan secara kolektif untuk mengurangi dampak banjir. Selain itu, biopori tersebut dapat memelihara lingkungan biotik di sekolah.
Edukasi KOPHI digelar dengan cara mengemas dalam bentuk permainan lingkungan, pengenalan lubang biopori secara interaktif sehingga siswa dapat ikut aktif bertanya, dan tentunya praktik langsung pembuatan lubang resapan dari materi yang sudah disampaikan. Siswa sekolah diperkenalkan dan dilatih untuk memahami fungsi serta manfaat dari biopori.
Diharapkan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan Biosafari ini dapat menyebarkan informasi dan ilmu yang telah mereka dapatkan ke teman siswa lainnya serta lebih jauh untuk mempraktikan kembali kegiatan ini di lingkungan sekitar rumah. “Paling tidak, KOPHI berharap akan ada 50 lubang resapan baru yang menyumbang cadangan air tanah Jakarta yang dipromotori para siswa,”kata Sri Rizki Kesuma. (Marwan Azis).