Teluk kendari yang terekam dalam foto udara. Foto: Yoshasrul |
KENDARI, BL-Kondisi Teluk Kendari dalam fase mengkhawatirkan karena itu butuh perhatian serius semua pihak untuk menyelamatkan aset terbesar ekologi di Kota Kendari tersebut. Pakar ekologi dari Universitas Haluoleo Kendari, DR Ir La Ode Alwi MSc mengatakan, besarnya sedimentasi di dasar Teluk Kendari telah merusak kelestarian lingkungan ekosistem tersebut.
“Jika laju sedimentasi di dalam dasar Teluk Kendari tidak segera dihentikan, maka bisa berubah menjadi daratan luas yang membahayakan kelangsungan ekosistem di sana,” kata DR La Ode Alwi nya pada diskusi publik pengelolaan sumber daya alam yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari,di salah satu hotel di Kendari, Sabtu (20/9) seperti dilkutip Sultranews.com (Situs Jejaring Sindikasi Beritalingkungan.com).
Alwi mengungkapkan bahwa timbunan sedimentasi di Teluk Kendari sudah mencapai kurang lebih 90 juta ton. Dan penyumbang terbesar dari sedimen tersebut, terdiri dari tiga sumber utama, yakni luapan lumpur dari 16 sungai, aktifitas pengolahan di Gunung Nipa-nipa dan Nangananga, serta aktivitas masyarakat Kota Kendari terutama dalam memanfaatkan kawasan di sekitar Teluk Kendari sebagai lokasi membangun rumah dan sejumlah gedung. Selain itu sumbangsiuh kerusakan dari daerah tetangga seperti Konawe dan Konawe Selatan turut menyumbang laju sedimentasi teluk kendari.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sultra atau pemerintah di tiga wilayah kabupaten/kota masing-masing Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan perlu membuat peraturan daerah (perda) bersama untuk menjaga dan menyelamatkan Teluk Kendari dari ancaman pendangkalan.
“Peraturan daerah bersama tiga daerah otonom tersebut sangat diperlukan karena Daerah Aliran Sungai Wanggu sebagai penyumbang sedimentasi terbesar di dalam Teluk Kendari meliputi wilayah ketiga daerah otonom itu,”kata La Ode Alwi. (Aji/Yos)