Parorama Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Foto : pulauseributraveling.com.
PULAU PARI, BERITALINGKUNGAN.COM — Di tengah semilir angin laut dan gemuruh ombak yang tak pernah lelah membelai pesisir, sebuah gerakan senyap namun kuat sedang tumbuh di sebuah sekolah dasar kecil di Pulau Pari.
SDN 01 Pulau Pari, sekolah yang berdiri di atas tanah mungil Kepulauan Seribu ini, perlahan menata langkahnya menuju status Sekolah Adiwiyata—sebuah predikat bergengsi bagi institusi pendidikan yang menjadikan cinta lingkungan sebagai roh dalam setiap napas pembelajaran.
Namun ini bukan sekadar tentang menanam pohon atau memilah sampah. Ini adalah tentang mengubah cara berpikir—menggeser budaya sekolah dari konsumtif menjadi ekologis, dari pasif menjadi proaktif terhadap masa depan planet yang kita tempati bersama.
Sentuhan Akademisi di Ujung Negeri
Mimpi SDN Pulau Pari tidak berjalan sendiri. Dalam semangat Tridharma Perguruan Tinggi, tangan akademisi menjangkau hingga ke garis pantai. Dr. Faisal M. Jasin, ST, M.Si., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi dari Institut Kesehatan dan Teknologi Jakarta (IKTJ) PKP DKI Jakarta, hadir tidak hanya membawa teori, tapi juga semangat pengabdian.
“Adiwiyata adalah soal membangun ekosistem, bukan sekadar taman hijau di halaman sekolah. Ini tentang membentuk kesadaran kolektif bahwa bumi yang kita pijak harus dijaga bersama,” ujar Dr. Faisal, di sela kegiatan pendampingan bersama guru dan siswa (16/05/2025).
Dalam proses ini, ia dan timnya memfasilitasi serangkaian pelatihan dan audit internal. Guru diajak menggali integrasi kurikulum hijau, siswa diperkenalkan pada prinsip reduce, reuse, recycle dalam konteks lokal, dan warga sekolah secara kolektif mengevaluasi kebiasaan mereka dalam mengelola limbah dan energi. Acara ini berlangsung dari tanggal 15 hingga 16 Mei 2025.
Berpikir Global, Bertindak dari Pulau
Kepulauan Seribu bukan hanya gugusan pulau-pulau eksotis yang jadi tujuan wisatawan. Ia adalah barisan garda depan yang paling merasakan denyut perubahan iklim. Naiknya muka air laut, cuaca ekstrem, dan perubahan ekosistem pesisir telah menjadi cerita sehari-hari. Maka, membangun kesadaran ekologis dari titik ini bukan hanya penting—tetapi mendesak.
“Sekolah kami kecil, tapi kami punya semangat besar. Kehadiran tim dari IKTJ membuat kami yakin, bahwa kami bisa menjadi contoh—bukan hanya bagi sekolah lain di pulau, tapi juga bagi Jakarta dan Indonesia,” ujar kepala sekolah dengan mata berbinar.
Menenun Harapan dalam Ekosistem Pendidikan
Apa yang terjadi di SDN Pulau Pari adalah cermin dari upaya menyatukan ilmu, aksi, dan semangat kolaboratif. Lebih dari sekadar meraih predikat Adiwiyata, mereka sedang membangun sebuah kultur: bahwa anak-anak di pulau pun berhak tumbuh dengan pemahaman bahwa bumi ini rapuh, dan tugas kita adalah merawatnya.
Di sini, pendidikan bukan hanya soal membaca dan berhitung, tapi juga tentang memahami angin, menghargai air, dan hidup selaras dengan alam.
Dari sebuah sekolah kecil di ujung utara Jakarta, pesan besar sedang dikirim ke seluruh negeri: masa depan yang hijau dimulai dari ruang kelas yang peduli (Wan).